Bukan cuma Amsterdam yang punya wisata ganja, Kanada juga ada. Di tengah pandemi ini kedai kopi di Kota Banff tetap ramai turis.
Banff, salah satu kota di Kanada, juga kena imbas dari pandemi virus Corona. Tapi, menurut penuturan, pemilik kedai kopi (penyedia ganja) terbesar, wisata ini masih menjanjikan.
"Banff memiliki budaya ganja yang cocok dengan suasana pegunungan. Antara 80-90 persen pelanggan yang datang ke toko adalah turis," ujar Raj Grover, pemiliki Grover's High Tide Inc.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedai kopi ini padahal baru buka 2 minggu lalu. Menjadi yang terbesar di Banff, kedai kopi ini menjadi salah satu wisata ganja yang dicari oleh turis.
Baca juga: Sejarah Ganja Bisa Masuk Indonesia |
Adanya pandemi memang menyurutkan kunjungan turis. Musim panas ini yang harusnya jadi lumbung cuan setelah pelegalan ganja tahun lalu malah kering.
Lima kedai kopi di Kota Banff biasanya kedatangan sampai 8.000 wisatawan. Tanpa adanya turis internasional, jumlahnya terjun payung.
"Ada hubungan erat antara ganja dengan turis dari negara-negara yang melarang penggunaan ganja," ujar Nathan Mison, Ketua Dewan Ganja Provinsi Alberta.
Para pelaku usaha tetap mencoba optimis meski Kota Ottawa memperpanjang perjalanan internasional hingga akhir September.
"Kita sedang memasuki dunia ekonomi yang berbeda, apa pun yang menawarkan peluang untuk diversifikasi dan pertumbuhan ekonomi harus ditanggapi dengan serius," katanya.
Grover menambahkan bahwa dirinya yakin bahwa masa di mana turis kembali akan segera datang. Ruang kompetisi untuk wisata ganja akan datang lagi.
"Di Kota Whitecourt saja ada 10.000 populasi dan enam kedai kopi ganja. Banff melihat adanya peningkatan jumlah pengunjung," ujar Grover yakin.
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan