Tak Ada Lagi Sapaan Ladies and Gentlemen Saat Naik JAL

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tak Ada Lagi Sapaan Ladies and Gentlemen Saat Naik JAL

Femi Diah - detikTravel
Rabu, 30 Sep 2020 22:01 WIB
Japan Airlines (JAL)
Foto: Getty Images/Teka77
Tokyo -

Japan Airlines (JAL) tak akan menyapa penumpang dengan frase ladies and gentlemen (bapak dan ibu). JAL mengubah menjadi kata yang netral mulai Oktober 2020, seperti apa?

Seperti dikutip dari AFP, Rabu (30/9/2020) rencana untuk mengubah sapaan kepada penumpang maskapai JAL, baik di bandara ataupun dalam penerbangan itu akan dimulai 1 Oktober. Dari semula menggunakan ekspresi yang didasarkan pada (dua jenis) kelamin menjadi memakai sapaan "ramah gender", seperti "selamat pagi" dan "selamat malam".

Dalam bahasa Jepang, ungkapan yang digunakan untuk pengumuman biasanya menggunakan netral gender. Keputusan itu diterapkan dengan disesuaikan dengan bahasa masing-masing penerbangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keputusan JAL itu menjadi pionir di antara operator maskapai besar Jepang. Maskapai pesaing, ANA Holdings, memilih untuk "mempelajari masalah tersebut berdasarkan komentar dari pelanggan kami."

Pemilihan sapaan netral gender itu tidak terkait dengan pengakuan pernikahan beda agama di Jepang. Ya, pernikahan sesama jenis tidak diakui secara hukum di Jepang. Hanya saja, pemerintah memperluas perlindungan hak bagi warga lesbian, gay, biseksual dan transgender secara luas dalam beberapa tahun terakhir.

ADVERTISEMENT

Tahun lalu, Japan Airlines mengoperasikan LGBT ALly Charter, penerbangan untuk pasangan sejenis dan anggota keluarganya serta mengubah peraturan untuk memberikan tunjangan pasangan dan keluarga kepada pasangan sesama jenis.

Meskipun Jepang relatif toleran terhadap homoseksualitas, namun hingga saat ini tidak ada perlindungan hukum khusus untuk kaum gay.

Populasi LGBTQ Jepang telah berkampanye menuntut pengakuan yang lebih besar dari pemerintah. Tahun lalu, 13 pasangan sesama jenis mengajukan gugatan yang menuduh pemerintah Tokyo telah melakukan diskriminasi karena gagal mengakui pernikahan mereka. Mereka berharap pengadilan akan memutuskan posisi pemerintah melanggar konstitusional.

(fem/ddn)

Hide Ads