Hari ini, 2 Oktober, Indonesia memperingati Hari Batik Nasional. Berikut tujuh fakta yang perlu diketahui traveler tentang batik.
Batik merupakan salah satu kain khas Indonesia. Bermula sebagai pakaian bangsawan, kini batik pas dipakai untuk berbagai acara.
Berikut tujuh fakta tentang batik mumpung pas Hari Batik Nasional:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Amba dan Nitik
Batik berasal dari amba dan tik atau nitik. Amba berarti lebar atau luas sedangkan tik atau nitik berarti titik. Batik merupakan menulis pada kain yang lebar.
Pembatik menggunakan canting yang ujungnya kecil untuk menulis titik-titik pada batik yang nantinya membentuk pola tertentu. Canting sendiri berisi cairan lilin yang panas.
2. Berasal dari India atau Sri Lanka
Pendapat ini disampaikan oleh peneliti, penjelajah, sekaligus pustakawan dari Belanda, G.P Rouffer, batik memang dari bahasa Jawa, namun teknik membatik kemungkinan berasal dari India atau Sri Lanka pada abad ke-6 atau ke-7.
3. Pakaian Bangsawan
Batik awalnya cuma dipakai di lingkungan keraton, namun lama-lama juga dipakai oleh masyarakat. Batik bisa keluar dari keraton karena pembatik kerajaan sering membawa pulang pekerjaan ke rumah.
4. Sejak Zaman Majapahit
Batik diperkirakan sudah ada sejak zaman Majapahit kemudian dikembangkan pada masa Kerajaan Mataram. Dikutip dari jabarprov.go.id batik telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majapahit, seperti di Mojokerto dan Tulung Agung. Mojokerto menjadi pusat kerajaan Majapahit waktu itu.
Nah, Tulung Agung mengikuti menggunakan batik setelah penguasa Bonorowo, Adipati Kalang, tewas dalam pertempuran dengan Majapahit. Sejak saat itu, prajurit yang tinggal di wilayah Tulung Agung mulai membawa budaya batik dari Majapahit.
Dalam perkembangannya, batik Mojokerto dan Tulung Agung banyak dipengaruhi oleh batik Yogyakarta dengan tampilan dasarnya putih dan warnanya cokelat muda, serta biru gelap. Sebab, selama bentrokan tentara kolonial Belanda dengan pasukan Pangeran Diponegoro, beberapa pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri ke arah timur di daerah Majan.
5. Zaman Penyebaran Islam
Bermula dari pernikahan putri keraton Solo dengan Kyai Hasan Basri yang kemudian tinggal di Tegal Sari. Pengiring dan keluarga keraton Solo, yang biasa memakai batik, belajar di pesantren milik sang kyai.
Jejak batik dalam penyebaran Islam itu bbisa dilihat di daerah Kauman, yaitu Kepatihan Wetan sekarang. Dari sini, batik meluas ke desa-desa seperti Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono, dan Ngunut.
Waktu itu, bahan membatik berasal dari buatan dalam negeri, berupa kayu-kayuan antara lain pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Begitu pula dengan bahan kain putih berasal dari tenunan gendong. Kain putih import bam dikenal di Indonesia kira-kira akhir abad ke-19.
6. Masuk Batik Cap
Batik cap dikenal setelah perang dunia I oleh seorang China Kwee Seng dari Banyumas
7. Hari Batik oleh UNESCO
Pada 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Budaya Tak Benda dalam sidang di Abu Dhabi. Batik adalah teknik menghias yang mengandung nilai, makna, dan simbol budaya.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol