Travel Bubble Asia Gagal, Turis Hadapi Musim Dingin Panjang di Rumah

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Travel Bubble Asia Gagal, Turis Hadapi Musim Dingin Panjang di Rumah

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Minggu, 04 Okt 2020 11:41 WIB
Kasus COVID-19 di Bali Meledak Setelah Wisata Dibuka Kembali Untuk Turis Lokal
Ilustrasi pariwisata (Foto: ABC Australia)
Jakarta -

Akhir tahun tinggal dua bulan lagi. Para turis dari barat harus menghadapi kenyataan pahit atas kepastian berlibur ke Asia.

Di beberapa destinasi mendunia, salah satunya Phuket masih menerapkan karantina selama 14 hari. Diberitakaan CNN, pembacanya juga disarankan untuk tidak memesan tiket pesawat dulu untuk berlibur ke Bali.

Para ahli mengatakan bahwa larangan perjalanan masih akan berlangsung lama. Di awal Mei, pemerintah berbagai negara mengatakan akan membuka pintu karena kasus infeksi COVID-19 bisa ditahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dinamakan travel bubble, konsep ini pertama kali diangkat oleh Australia dan Selandia Baru. Lalu dengan cepat cara itu digunakan oleh negara lain sebagai cara mengembalikan turisnya mau kembali.

Banyak negara yang bergantung pada sektor pariwisata sebagai pemasukan utama. Namun, karena sejumlah alasan, travel bubble atau koridor udara belum juga terlaksana di Asia.

ADVERTISEMENT

"Gelembung perjalanan sangat kompleks untuk diterapkan, jauh lebih besar dari yang diperkirakan orang pada awalnya," kata Mario Hardy, CEO Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik (PATA).

"Setiap destinasi harus memiliki protokol yang teruji dengan baik dan pemahaman bahwa pengunjung dari setiap negara akan menghormatinya. Mereka juga perlu memastikan bahwa mereka memiliki sistem perawatan kesehatan yang kuat untuk menangani potensi munculnya kembali kasus serta kemampuan pelacakan kontak yang baik," imbuh dia.

Thailand mengumumkan visa terbaru agar turis dapat tinggal lebih lama. Hampir setiap hari ada berita mengumumkan pencabutan pembatasan perjalanan di wilayah tersebut, serta dimulainya kembali penerbangan internasional.

Australia, memiliki beberapa aturan paling ketat di dunia, melarang warganya bepergian ke luar negeri untuk tujuan liburan. Ribuan orang Australia sekarang terdampar di luar negeri karena pembatasan kedatangan internasional, dengan hanya 4.000 yang diperbolehkan masuk per minggu.

Bowerman mengatakan Singapura memimpin di Asia Tenggara dalam hal pembukaan perbatasan secara bertahap. Negara sebesar kota itu telah menyiapkan jalur cepat untuk pelancong bisnis jangka pendek, yang memungkinkan pengunjung dari negara tertentu menghindari karantina, namun penerbangan umum mungkin berjalan pada kuartal kedua tahun depan.

Negara mana yang menghadapi tekanan paling besar untuk segara membuka kembali pintu masuknya? Eunice Aw, direktur perusahaan konsultan perhotelan global Horwath HTL Singapura, memilih Thailand.

"Bisnis perjalanan Thailand mungkin salah satu yang paling terpukul di antara negara-negara Asia Tenggara mengingat jumlah pengunjung internasional tertinggi, mendekati 40 juta, pada 2019," katanya.

"Terkenal dengan masakan, budaya dan pantainya, Thailand menjadi favorit abadi dengan turis dari seluruh dunia," imbuh dia.

Menurut Bank Dunia, pariwisata biasanya menghasilkan hampir 15% dari PDB Thailand. Kabar baiknya, hingga awal September, negara itu tak melaporkan infeksi lagi sudah selama 101 hari.

Sementara itu, pejabat Hong Kong mengonfirmasi bahwa mereka sedang menjajaki kemungkinan koridor perjalanan dengan 11 negara yang memiliki hubungan ekonomi atau pariwisata yang erat dan di mana epideminya telah stabil.

Daftar negaranya yakni Jepang, Thailand, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, Jerman, Prancis, Swiss, Vietnam, Malaysia, dan Singapura. Namun, Korsel masih belum berencana membuka gerbangnya.




(msl/msl)

Hide Ads