Cerita Puffin yang Menyelamatkan Burung Laut di Seluruh Dunia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cerita Puffin yang Menyelamatkan Burung Laut di Seluruh Dunia

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Senin, 05 Okt 2020 22:12 WIB
Konservasi burung puffin
Burung puffin (Foto: CNN)
Maine, AS -

Burung puffin jadi salah satu unggas istimewa. Keberadaannya jadi ide awal mula menyelamatkan burung laut di seluruh dunia.

Diberitakan CNN, adalah ahli ornitologi, Stephen Kress, yang memulai proyek lingkungan ini. Ia ingat pertama kali dia bertemu puffin, lebih dari 50 tahun yang lalu di sebuah pulau dekat perbatasan AS-Kanada.

Dua tahun setelah pertemuan pertamanya, saat mengajar di sebuah kamp di Maine, Kress mengetahui bahwa koloni burung puffin Atlantik di negara bagian itu dihancurkan oleh para pemburu pada akhir 1800-an. Puffin dieksploitasi untuk diambil telur, daging, dan bulunya, yang digunakan untuk menghias topi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kress memutuskan untuk mempelajari lebih lanjut tentang burung puffin yang istimewa ini. Puffin dapat menyelam hingga kedalaman lebih dari 30 meter di laut dan terbang di udara dengan kecepatan 80 kilometer per jam, sementara di darat mereka mahir berlari-lari di atas batu besar dan menggali lubang.

Ketertarikan Kress tumbuh menjadi Project Puffin, upaya selama puluhan tahun untuk membawa puffin kembali ke Maine. Kress menjalankan proyek tersebut saat bekerja untuk National Audubon Society, sebuah organisasi nirlaba konservasi burung besar di Amerika Serikat.

ADVERTISEMENT

Berkat metode rintisannya, sekarang ada sekitar 1.300 pasang burung puffin yang bersarang di kepulauan Teluk Maine. Dan, teknik yang dikembangkan Kress untuk menyelamatkan burung puffin kini digunakan oleh para pelestari burung laut di seluruh dunia.

Asal usul Project Puffin terletak di pulau seluas tujuh hektar yang tidak berpenghuni. Jaraknya, sembilan kilometer di lepas pantai Maine, yang disebut Eastern Egg Rock.

Pulau kecil ini hanya dapat diakses dengan perahu dayung, merupakan habitat burung puffin yang ideal. Pulaunya bebas dari predator, bertepi batuan granit untuk tempat bersarang puffin dan merupakan rumah bagi koloni burung puffin sebelum pemburu tiba di abad ke-19.

Kress memiliki teori bahwa jika tim Project Puffin dapat mentransplantasikan anak puffin, dikenal sebagai puffling, ke Eastern Egg Rock dan membesarkan mereka, burung-burung tersebut akan membuat peta mental lokasi pulau itu.

Dia berharap mereka akan kembali ke sana untuk bersarang, setelah pergi terbang ke laut.

Membawa anakan burung puffin ke pulau itu bukanlah tugas yang mudah. Mulai tahun 1973, tim mengumpulkan anakannya dari Great Island, di lepas pantai Newfoundland, Kanada, yang memiliki populasi puffin yang sehat.

Puffling diangkut dengan perahu, kendaraan bermotor, pesawat carteran kecil, kendaraan lain, perahu lain, dan kemudian perahu dayung untuk mendarat di Eastern Egg Rock.

Tim memelihara puffin di liang buatan, memberi mereka makan ikan yang diperkaya vitamin dua kali sehari.

"Mereka akan keluar ketika mereka berusia enam minggu dan mereka akan pergi ke tepi pulau dan berenang pergi," kata Kress.

Selama empat tahun, tidak ada burung yang kembali ke pulau itu untuk berkembang biak. Para penyokong proyek mulai mempertanyakan apakah mereka akan berhasil, dan Kress sudah bertekad.

"Saat itulah saya mulai mencoba berpikir seperti puffin," katanya.

Burung puffin palsu menyelesaikan masalah

Puffin bersarang di koloni karena mereka suka bersama-sama dengan yang lain dari jenisnya. Kelompok besar memberikan perlindungan dari predator, kata Kress.

Dia berspekulasi bahwa puffin muda memang ingat pulau itu tapi terlalu takut untuk datang kembali. Ide baru Kress adalah menempatkan umpan puffin yang dibuat dari kayu di sekitar pulau, untuk membantu burung merasa aman.

Berhasil. Pada tahun 1977, beberapa hari setelah umpan dipasang, puffin pertama kembali ke pulau itu. Empat tahun kemudian mereka mulai berkembang biak dan sekarang ada hampir 200 pasang bersarang di Eastern Egg Rock.

Setelah kesuksesan pertama ini, Kress dan National Audubon Society menggunakan teknik yang sama untuk memulihkan koloni burung puffin di Pulau Seal yang lebih besar, sekarang menjadi rumah bagi sekitar 500 pasang puffin.

Selanjutnya, Project Puffin ditiru konservator dari seluruh dunia>>>

Inilah cara baru untuk menyelamatkan burung laut

Eksperimen Kress dengan umpan di Eastern Egg Rock menjadi dasar metode baru konservasi burung yang disebut atraksi sosial. Para ilmuwan lalu menggunakan umpan, rekaman audio, cermin, aroma, lubang buatan, dan telur palsu untuk mensimulasikan keberadaan anggota spesies lainnya.

"Teknik-teknik tersebut memberi burung sedikit dorongan untuk memulai inti koloni baru," kata Kress.

Menurut Project Puffin, setidaknya 42 spesies burung laut di 14 negara mendapat manfaat dari teknik restorasi koloni yang dikembangkan oleh Kress dan timnya.

Pada 2013, Kress dan rekan konservasionis Don Lyons menasihati para peneliti di China tentang cara menggunakan ketertarikan sosial untuk membantu menyelamatkan burung laut jambul yang terancam punah. Burung ini sangat langka sehingga dianggap punah.

Umpan dan rekaman suara digunakan untuk memikat burung ke pulau bersarang yang aman. Kini itu jadi tempat mereka berkembang biak dengan sukses.

Di Pasifik, para konservasionis menggunakan metode Kress untuk membantu elang laut ekor pendek. Tempat berkembang biak utama burung laut yang terancam punah ini terletak di lereng gunung berapi aktif di sebuah pulau di Jepang.

Ahli ornitologi Jepang telah menggunakan umpan untuk mendorong burung-burung tersebut bersarang di area yang jarang terkena letusan. Para peneliti juga mencoba membangun koloni elang laut ekor pendek baru di pulau-pulau Pasifik lainnya, dengan melakukan translokasi dan membesarkan anaknya seperti yang dilakukan Kress pada 1970-an.

"Steve Kress adalah salah satu pelestari burung laut paling berpengaruh di dunia," kata Lyons, yang kini menjadi direktur Ilmu Konservasi di National Audubon Society's Seabird Institute, nama resmi untuk Proyek Puffin.

Kress pensiun dari Project Puffin pada tahun 2019, tetapi dia masih mengejar hasratnya pada konservasi burung laut dan baru-baru ini ikut menulis "The Puffin Plan". Buku ini tentang Project Puffin.

Konservasi burung puffinBurung puffin palsu (Foto: CNN)

Risiko terbesar

Ada ancaman besar yang menyelimuti pekerjaan hidup Kress. Apa itu, perubahan iklim.

Menurut Lyons, Teluk Maine sedang memanas dengan kecepatan yang sangat tinggi. Koloni burung puffin di Maine tumbuh subur, tetapi mereka sangat sensitif terhadap perubahan suhu yang memprihatinkan.

"Saat air menghangat, ikan menjadi lebih sedikit tersedia untuk puffin," jelas Kress.

"Mereka pindah ke air yang lebih dalam, lebih dingin atau mereka pindah lebih jauh dari pulau dan puffin tidak bisa membawa pulang makanan yang cukup," imbuh dia.

Tahun lalu, Project Puffin mulai memasang tag GPS miniatur di burung laut dan melacaknya.

Dengan mengamati ikan apa yang ditangkap burung dan dibawa kembali ke pulau untuk memberi makan puffling mereka, dan menggabungkannya dengan data GPS, para peneliti berharap mendapatkan informasi waktu nyata tentang populasi ikan di wilayah tersebut.

"Kami berdua mencoba memahami lingkungan untuk memberi manfaat bagi burung laut dan juga menggunakan informasi itu untuk membantu orang mengelola populasi ikan," kata Lyons.

Kress percaya bahwa saat lautan menghangat, kelangsungan hidup anak burung puffin adalah indikator yang baik tentang seberapa baik perikanan dikelola. Anakan yang sehat menjadi tanda bahwa lautannya sehat.

"Jika anak burung puffin kelaparan di liang atau kehilangan berat badan, itu berarti induknya tidak dapat membawa pulang makanan yang cukup," katanya.


Hide Ads