Metamorfosis Wuhan dari Pusat Corona menjadi Primadona Wisata

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Metamorfosis Wuhan dari Pusat Corona menjadi Primadona Wisata

Putu Intan - detikTravel
Sabtu, 31 Okt 2020 21:15 WIB
Virus corona di Wuhan: Dari jalan yang sunyi hingga kolam renang yang padat
Pesta di kolam renang Wuhan. (Foto: BBC World)
Wuhan -

Traveler masih ingat Wuhan? Pusat pandemi Corona itu kini jadi destinasi wisata primadona. Begini perubahannya.

Wuhan dulu dikenal sebagai kota tempat awal mula virus Corona menyebar ke penjuru dunia. Ibu kota Provinsi Hubei itu sempat melakukan lockdown selama 3 bulan guna mengontrol penularan virus.

Selama itu, seluruh kegiatan industri dihentikan. Orang-orang wajib tinggal di rumah. Mereka hanya boleh keluar rumah untuk membeli bahan makanan dengan waktu yang terbatas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kita juga masih ingat, betapa tenaga medis berusaha keras merawat pasien Corona. Banyak dari mereka yang juga tumbang karena kewalahan.

Namun Wuhan yang dulu bukanlah yang sekarang. Perjuangan mereka melawan Corona itu membuahkan hasil. Pemerintah China menyebut kasus Corona tidak ditemukan di sana.

ADVERTISEMENT

Kota ini pun sekarang menjadi primadona bagi para wisatawan. Menurut data dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Hubei, pada libur Golden Week (Pekan Emas), sebanyak 19 juta orang datang ke Wuhan.

Warga Wuhan kini bisa tertawa lega usai melawan Corona. Perjuangannya panjang dari mulai lockdown sampai tes massal.Wuhan saat lockdown. Foto: Getty Images/Getty Images

Pekan libur nasional yang berlangsung mulai 1-7 Oktober 2020 itu telah mendorong masyarakat China berwisata ke Wuhan. Dilansir dari BBC Indonesia, pada masa itu, pihak berwenang mengadakan flashmob di stasiun kereta Wuhan.

Dalam sebuah video terlihat ribuan orang berkumpul, bernyanyi, dan mengibarkan bendera China. Vivian Wu, editor BBC China di biro Hong Kong, mengatakan pihak berwenang, dengan bantuan media pemerintah, berusaha menyampaikan citra bahwa semuanya baik-baik saja di Wuhan.

"Dan sampai batas tertentu, memang benar: orang-orang di seluruh China bepergian dan terutama ke Wuhan," ia menjelaskan.

"Ya, kota itu tampaknya kembali normal, tetapi bagi banyak orang dan banyak pemilik bisnis, keadaan tidak seperti sebelumnya. Dan masih banyak kekhawatiran."

"Akan tetapi pesan yang kami dapatkan dari propaganda China ialah pemerintah telah berhasil mengendalikan pandemi dengan sukses," kata Wu.

Golden Week ChinaWuhan saat Golden Week. Foto: Getty Images

Pencapaian Wuhan menjadi destinasi wisata primadona ini tidak didapatkan dengan usaha sendiri melainkan ada campur tangan pemerintah pusat dan daerah.

Pada bulan Agustus, pemerintah Hubei mengumumkan bahwa sekitar 400 tempat wisata di provinsi itu akan dibuka untuk pengunjung dari seluruh negeri secara gratis. Masa berlakunya adalah mulai Agustus hingga akhir tahun 2020.

Meskipun jumlahnya dibatasi 50 persen, banyak turis yang antusias. Mereka kebanyakan mengunjungi Menara Bangau Kuning yang bersejarah di pusat Kota Wuhan.

Menurut kantor berita Xinhua, sedikitnya 1.000 agen perjalanan dan lebih dari 350 hotel bergabung dalam kampanye pemerintah dengan menawarkan diskon kepada pengunjung.

Kebangkitan Wuhan Perlambang Kemenangan Pemerintah China

Golden Week ChinaWisatawan mengunjungi Wuhan. Foto: Getty Images

Bangkitnya Wuhan dari keterpurukan ini dapat dilihat sebagai kemenangan bagi pemerintah China. Seorang pengamat China untuk BBC World Service, Vincent Ni mengatakan pemerintah mungkin memang menggunakan Wuhan untuk tujuan propaganda.

Namun ia menyebut hal ini dilakukan sesuai 'fakta' yang menunjukkan bahwa 'situasinya telah membaik'.

"Orang-orang tahu bahwa Wuhan membaik; tidak akan ada yang mengunjungi kota itu jika masih ada virus corona," kata Ni.

"Orang China bersedia melakukan perjalanan ke Wuhan, yang dulunya merupakan episentrum COVID-19 dan ini, dari sudut pandang pemerintah, adalah kemenangan," lanjutnya.

Akan tetapi terlepas dari tanda-tanda pemulihan, Akademi Pariwisata China memperkirakan pendapatan pariwisata akan turun 52% pada tahun 2020, dibandingkan dengan 2019. Jumlah perjalanan domestik diperkirakan turun 43%.

Kebangkitan Wuhan, Nyata atau Sekadar Propaganda?

WUHAN, CHINA - OCTOBER 18: (CHINA OUT) The cast play nurses as they perform on stage during the opera Penonton teater di Wuhan. Foto: Getty Images/Getty Images

Meskipun kondisi Wuhan mulai normal, Ni tetap mempertanyakan apakah kondisi ini dapat bertahan.

"Seiring musim dingin mendekat, ada keraguan tentang apakah kami akan mengalami gelombang kedua (di China)," katanya.

"Saya pikir ketidakpastian ini ada di benak semua orang China. Tapi untuk saat ini orang menikmati pencabutan batasan-batasan dan kembali ke 'kehidupan normal'," katanya.

Kekhawatiran Ni ini agaknya bukan isapan jempol. Meskipun virus Corona belum benar-benar hilang, orang-orang di China sudah mulai menanggalkan protokol kesehatan.

Misalnya bagi Beijing yang terdiri atas lebih dari 20 juta penduduk, penggunaan masker tidak lagi diwajibkan.

"Ini di satu sisi menunjukkan bahwa situasinya telah membaik secara dramatis, tetapi di sisi lain bisa menjadi pedang bermata dua karena virusnya belum hilang," jelasnya.

"Kami belum punya vaksin yang efektif saat ini, dan jika orang-orang lengah, gelombang kedua bisa menjadi bencana besar."

Ni juga menyampaikan, saat ini ia pun kesulitan untuk mendapatkan informasi yang tepat perihal kondisi penyebaran Corona terkini di China. Kembali lagi, peran pemerintah yang mengemas pandemi Corona seolah sudah berhasil dikendalikan, membuat kondisi menjadi rumit.

"Orang-orang berusaha mengembalikan kehidupan sehari-hari menjadi normal, tetapi itu butuh waktu dan kebenaran. Hanya saja sulit untuk mendapatkan penjelasan objektif tentang apa yang sebenarnya terjadi," kata Ni.


Hide Ads