Dedikasi Pramugara: Bantu Lahiran sampai Bersihkan Sisa BAB Lansia di Pesawat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dedikasi Pramugara: Bantu Lahiran sampai Bersihkan Sisa BAB Lansia di Pesawat

Putu Intan - detikTravel
Selasa, 17 Nov 2020 15:51 WIB
Pramugara Citilink
Pramugara Citilink, Syepvin. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom)
Jakarta -

Pramugara dan pramugari Citilink membagikan kisah penanganan penumpang yang paling berkesan selama karir mereka. Salah satunya membersihkan kotoran BAB lansia yang tercecer.

Di balik senyum dan keramahan para awak kabin, terdapat tanggung jawab besar yang harus mereka laksanakan. Menjamin keselamatan dan kenyamanan penumpang adalah salah satunya.

Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, seluruh awak kabin yakni pramugara dan pramugari wajib untuk mengikuti pelatihan dan lulus ujian. Panduan mengenai pertolongan pertama pun diatur dalam manual yang selalu mereka bawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau cara penanganan sudah diatur dalam buku manual. Bagaimana cara menangani penumpang melahirkan, bagaimana cara menangani penumpang mimisan, cara menangani penumpang lansia, itu sudah diatur di manual yang dimiliki setiap awak kabin," kata pramugara Citilink, Syepvin.

Sementara itu, pramugari Citilink, Nofema menceritakan pengalamannya menangani penumpang lansia yang panik karena belum pernah naik pesawat.

ADVERTISEMENT

"Saat penerbangan ke Jeddah, karena kita perjalanannya cukup jauh kemudian rentang usia penumpang sekitar 40-50 tahun ke atas, belum pernah naik pesawat, panik. Di situlah kita hadir untuk penanganan pertama," ujarnya.

Pramugara-Pramugari CitilinkPramugara dan pramugari Citilink. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom)

Dalam kondisi seperti itu, biasanya awak kabin akan menanyakan terlebih dahulu apakah penumpang bersama keluarga atau tidak. Selain berusaha menenangkan penumpang, awak kabin juga sudah menyiapkan obat yang diperlukan apalagi penumpang tidak membawa obat pribadi.

Selain Nofema, Syepvin juga memiliki pengalaman yang tak terlupakan. Ia pernah membantu seorang lansia untuk buang air besar meskipun pada akhirnya lansia tersebut gagal buang air besar (BAB) di toilet.

"Ada satu penerbangan, pada saat itu membawa penumpang lansia, tepatnya kakek-kakek. Jadi dia mungkin enggak pernah naik pesawat atau mungkin tidak sering naik pesawat. Jadi dia tidak tahu pesawat seperti apa dan dia juga terbang sendiri tanpa keluarga," ia bercerita.

Dalam penerbangan dari Balikpapan menuju Jakarta itu, kakek tersebut tiba-tiba menarik tangan Syepvin ketika ia sedang melakukan pengecekan kondisi kabin. Kakek itu mengutarakan keinginannya dalam bahasa daerah yang tidak Syepvin pahami. Untungnya, ada penumpang lain yang mengatakan bahwa kakek ini ingin buang air besar.

Syepvin akhirnya mengantarkan kakek itu ke toilet dan mengajarkan cara penggunaan toilet. Akan tetapi setelah beberapa lama, kakek itu tak kunjung keluar dari toilet. Syepvin yang curiga, kemudian bertanya tentang keadaan kakek dari balik pintu toilet.

"Lama tidak keluar toilet, saya pikir ini ada yang tidak beres. Apalagi kakek itu terdengar berteriak-teriak dari balik pintu. Akhirnya saya mohon izin untuk membuka pintu toiletnya," katanya.

Ketika dibuka, betapa kagetnya Syepvin karena tubuh kakek itu sudah dipenuhi kotoran manusia. Rupanya, kakek ini tidak paham cara menggunakan toilet itu.

"Saya spontan, tanpa pikir panjang langsung mengambil koper saya, lalu saya keluarkan celana dan sandal untuk menggantikan pakaian kakek yang sudah kotor," ujarnya.

Syepvin segera membersihkan semua kotoran yang berceceran di dalam toilet itu. Tapi pekerjaan ia rupanya tak berhenti sampai di situ.

"Saat saya bersih-bersih, kakek itu jalan ke bangkunya sendiri. Dan itu, maaf, kotorannya berceceran di sepanjang kabin," katanya.

"Di situ saya sabar, inilah pekerjaan saya dan ini tantangan saya. Tapi karena saya ikhlas, dan saya berpikir yang saya tolong ini seperti kakek saya sendiri. Lalu ada bapak yang memegang pundak saya dan berkata 'mulia kerjamu nak'. Saya merasakan merinding, oh ini pekerjaan mulia," ucapnya.

Pramugara CitilinkPramugara Citilink. Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

Kemudian ketika Syepvin akan mengganti sandal kakek tadi yang sudah kotor, ia juga mendapatkan doa dari penumpang lainnya.

"Ada ibu yang memegang pundak saya dan berkata 'berkah kamu Nak'. Saat itu saya berpikir, penumpang ini membutuhkan saya dan inilah tugas saya."

"Selama bekerja, saya tidak memandang siapa dia, dia dari kalangan mana, karena kami dilatih dan menanamkan mindset bahwa penumpang adalah keluarga kami. Jadi apapun yang terjadi di pesawat, kami harus sigap menyelesaikan masalah," kata dia.

Kesiapsiagaan pramugara dan pramugari Citilink juga dituntut pada saat pandemi Corona seperti saat ini. Mereka harus menjalani rapid tes setiap 14 hari, memakai masker, dan mengenakan sarung tangan ketika bertugas. Selain itu tak lupa mereka selalu mengingatkan setiap penumpang untuk menaati protokol kesehatan selama dalam penerbangan.


Hide Ads