Komunitas pelestari budaya dunia, Brayat Panangkaran Borobudur menggelar Ruwat Rawat Borobudur (RRB) secara virtual. Hal ini dilakukan karena pandemi COVID-19.
Ruwat Rawat Borobudur sendiri sedianya dilangsungkan mulai 9 Februari hingga 21 April 2020. Kemudian, dalam rangkaian Ruwat Rawat Borobudur ini ada 21 kegiatan dan yang baru terlaksana 9 kegiatan.
Salah satu kegiatan yakni pentas kesenian yang sedianya diikuti 221 kelompok kesenian. Kemudian, pementasan dibagi dalam lima rayon. Namun baru berlangsung di dua rayon karena pandemi Corona, kemudian sisanya dilanjutkan secara virtual.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Festival Ruwat Rawat Borobudur ini diikuti 221 kelompok kesenian yang mendaftar sebelum bulan Februari. Sudah kami jadwalkan untuk mengikuti pentas di empat rayon, sebenarnya waktu itu lima rayon, ada rayon Gabahan, Pasanggrahan, Windusari, Temanggung dan Borobudur sendiri. Tapi karena pandemi ini baru terlaksana rayon Gabahan dan Windusari, kemudian sisanya dilanjutkan secara virtual dan hari ini adalah finalnya," kata Eri Kusuma Wardani, salah satu panitia Ruwat Rawat Borobudur kepada wartawan di Balai Konservasi Borobudur (BKB), Selasa (24/11/2020).
Menurut Eri, 221 kelompok kesenian tersebut datang dari berbagai daerah seperti Boyolali, Kendal, Temanggung dan Magelang itu sendiri. Dari kelompok kesenian ini sudah diseleksi secara virtual, kemudian hari ini adalah final yang sedianya diikuti 16 kelompok, namun hanya 14 kelompok yang mengirimkan videonya.
"Jadi 221 kelompok kesenian itu datang dari berbagai daerah, ada dari Boyolali, dari Kabupaten Kendal, dari Temanggung, kemudian Magelang sendiri. Nah itu, sudah kami seleksi termasuk kemarin ada seleksi virtualnya dan hari ini sebenarnya ada 16 keseniannya, tapi yang masuk dan memberikan video ke kami hanya 14 saja," ujarnya.
Tujuan dari festival ini, katanya, lebih pada upaya pelestarian kesenian tradisi yang ada di Magelang dan juga sekitarnya. Adapun pelestarian ini menjadi salah satu visi misi dari Warung Info dari Brayat Panangkaran.
"Tujuan dari festival ini kami lebih pada pelestarian kesenian tradisi yang ada di Magelang utamanya, tapi juga yang ada di sekitarnya ada Temanggung, kebetulan dari Kendal juga masuk ke final. Nah pelestarian ini sebagai wujud dari visi kami, dari Warung Info dari Brayat Panangkaran dan juga sekolah lapangan untuk menyelaraskan kebudayaan serta tangible dan intangible karena kami punya Borobudur. Kami punya tradisi, kami punya kesenian, nah kami lestarikan dengan acara Ruwat Rawat Borobudur yang salah satunya yaitu kegiatan festival kesenian rakyat," kata dia.
Selanjutnya: Pelestarian Tetap Dilakukan Walau Tengah Pandemi
Untuk kegiatan lainnya karena pandemi, kata Eri, akan dilanjutkan secara virtual melalui YouTube. Untuk itu, wujud dari pelestarian tetap dilangsungkan walaupun di tengah-tengah pandemi.
"Sebelumnya pentas secara langsung, kami virtualkan dan nantinya kami lanjutkan melalui media Youtube dan sebagainya. Jadi wujud pelestarian tetap kami laksanakan meskipun ada pandemi karena bentuk tanggungjawab kami juga sebagai panitia terhadap peserta-peserta dan pelaku-pelaku seni yang ikut bergabung dengan kami," ujarnya.
Budayawan Ruwat Rawat Borobudur Sucoro menambahkan, Ruwat Rawat Borobudur merupakan acara budaya yang lahir atas inisiatifnya sebagai bagian dari masyarakat yang lahir dan tinggal tidak jauh dari Warisan Budaya Borobudur. Kemudian keberadaan Candi Borobudur di tengah-tengah kehidupan masyarakat menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
"Ruwat Rawat Borobudur adalah acara Budaya yang lahir atas inisiatif saya sebagai bagian dari masyarakat yang kebetulan lahir dan tinggal tidak jauh dari monumen Warisan Budaya Borobudur. Keberadaan Borobudur yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat telah menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Oleh karena itu, sejak Borobudur dikembangkan menjadi tujuan Pariwisata di tahun 1980 peran masyarakat dibutuhkan, tanah dan bangunan milik warga masyarakat Dusun Ngaran, Kenayan, sebagian Gendingan, Sabrangrawa dan Gopalan dibebaskan.
Dalam perjalanan waktu Borobudur kini benar-benar telah menjadi tujuan wisata dunia yang tentunya telah memberikan kontribusi ekonomi terhadap negara dan masyarakat," katanya.
Untuk itu, katanya, sebagai salah satu warga tergusur berharap kepada pengelola dan pemerintah jangan abaikan peran warga masyarakat. Hal ini karena warga sekitar juga menjadi elemen penentu untuk menyukseskan rencana pemerintah yang akan mengembangkan Borobudur sebagai destinasi pariwisata kelas dunia.
"Sebagus apapun destinasi pariwisata itu jika masyarakat sekitar tidak memiliki kemampuan untuk mendukung maka tidak akan berhasil. Untuk itu, saya yang selama ini menemani Borobudur dalam suka maupun duka sejak tahun 2003 secara terus menerus mencoba membuat ruang komunikasi Budaya bertajuk Ruwat Rawat Borobudur," ujar Sucoro.
Sementara itu, Pamong Budaya Ahli Madya Balai Konservasi Borobudur (BKB), Yudi Suhartono mendukung adanya kegiatan Ruwat Rawat Borobudur yang dilakukan tersebut. Hal ini terkait dengan UU No 5 Tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan.
"Kami dari BKB mendukung karena terkait UU No 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan. Untuk itu ada 10 objek kebudayaan yang harus dilestarikan termasuk, salah satunya seni. Seni disini pertunjukan dan seni teater dan lainnya, kami mengembang amanah itu. Kami mendukung acara ini," ujar Yudi.
Pelestarian tersebut, kata Yudi, bukan hanya pelestarian Candi Borobudur secara fisiknya, tapi juga nilai-nilainya. Untuk itu, perlu mengaktualisasikan nilai-nilai relief Candi Borobudur dalam sebuah pertunjukkan.
"Kami tidak hanya pelestarian Candi Borobudur secara fisiknya, tapi nilainya. Karena kami aktualisasi nilai, mengaktualisasi relief Borobudur menjadi sebuah pertunjukan. Kalau tidak ada pandemi, kami ada kegiatan besar ada festival. Bagaimana mengaktualisasikan nilai-nilai Borobudur. Kita berharap nilai-nilai yang di Borobudur, bagaimana masyarakat bisa melestarikan nilai-nilai kebudayaan yang ada," pungkasnya.
Simak Video "Video: Wujud Stairlift di Candi Borobudur yang Ramai Disorot"
[Gambas:Video 20detik]
(ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!