Mengenal Lobster, Hewan Laut yang Bikin Edhy Prabowo Ditangkap KPK

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenal Lobster, Hewan Laut yang Bikin Edhy Prabowo Ditangkap KPK

Putu Intan - detikTravel
Rabu, 25 Nov 2020 13:16 WIB
lobster indonesia
Lobster. (Foto: istimewa)
Jakarta -

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas kasus ekspor benih lobster. Lobster diketahui punya nilai jual tinggi dan banyak ditemukan di Indonesia. Berikut ini profilnya.

Lobster yang bernama latin Panurilus sp sering juga dikenal sebagai udang karang. Hewan laut ini biasanya mudah ditemukan di antara terumbu karang pada kedalaman 5 hingga 100 meter.

Lobster merupakan hewan nokturnal atau lebih aktif di malam hari. Mereka juga memiliki fase hidup yang panjang, mulai dari proses produksi sperma atau telur, lalu menjadi larva, post larva, juvenil, sampai akhirnya menjadi lobster dewasa. Selain itu, lobster juga mengalami proses moulting atau pergantian kulit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut peneliti oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Rianta Pratiwi dalam jurnal Oseana (2013), lobster betah tinggal di daerah tropis, sub tropis, dan semi tropis. Itu sebabnya Indonesia menjadi rumah yang nyaman bagi para lobster untuk berkembang biak.

Jumlahnya pun melimpah di perairan barat Sumatera, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

ADVERTISEMENT
Nelayan Tolak Rencana Ekspor Benih LobsterNelayan sempat menolak ekspor benih Lobster yang dibuka kembali kerannya di era Menteri Edhy Prabowo Foto: Vadhia Lidyana/detikcom

Setidaknya ada lima jenis lobster yang memiliki perkembangbiakan baik di Indonesia yakni lobster mutiara (Panulirus ornatus), lobster pasir (Panulirus homarus), lobster batik (Panulirus longipes), lobster bambu (Panulirus versicolor), dan lobster batu (Panulirus penicillatus).

Namun dari kelima jenis itu, lobster yang paling potensial secara ekonomi adalah lobster mutiara dan lobster pasir. Indonesia juga dikenal memiliki benih lobster yang melimpah dibandingkan negara lain.

Sayangnya, budi daya lobster di Indonesia terbilang terlambat dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam. Indonesia baru mulai mengembangkan lobster pada tahun 2000 di NTB, berbeda dengan Vietnam yang sudah melakukannya sejak 1992 di Kota Nha Trang.

Vietnam pun dikenal lebih jago dalam mengembangkan lobster dan mereka mampu menghasilkan nilai ekonomi lebih besar dari ekspor lobster. Padahal, benih lobster yang mereka kembangkan kebanyakan berasal dari Indonesia.

Selanjutnya: benih lobster cuma dihargai Rp 10 ribu per ekor

Benih lobster yang dijual nelayan lokal biasanya hanya dihargai Rp 10 ribu per ekor. Padahal untuk lobster dewasa dengan berat 200 gram, dapat dijual sekitar Rp 400 ribu sedangkan untuk berat 300 gram dihargai sampai Rp 600 ribu.

Selain itu, eksploitasi benih lobster terus-menerus dapat mengancam eksistensi lobster dan ekosistem laut secara umum. Hal-hal seperti inilah yang membuat Menteri KKP saat itu, Susi Pudjiastuti melarang ekspor benih lobster.

Kala itu lewat Permen Nomor 56 Tahun 2016, ekspor lobster hanya diperbolehkan untuk yang berukuran karapas lebih dari 8 centimeter atau beratnya di atas 200 gram per ekor. Selain itu, peraturan ini juga mengatur lobster yang sedang bertelur dilarang diekspor agar dapat reproduksi dengan baik.

30 Ribu Benih Lobster Selundupan Dilepas Kembali ke Kampung SusiBenih lobster. Foto: Dok. KKP

Melalui peraturan ini Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor lobster jenis Panulirus sejak 2015-2018 meningkat. Pada 2015, nilai ekspornya adalah USD 7 juta lalu pada 2018 menjadi USD 28,5 juta.

Peringkat ekspor lobster Indonesia pun naik dari posisi 20 ke ranking 12 di dunia.

Sejalan dengan hal tersebut, menurut data Trade Map, ekspor lobster Vietnam justru terus turun sejak 2014. Vietnam bahkan mengalami defisit perdagangan lobster pada 2016 mencapai USD 5,36 juta. Namun kondisi mereka pulih pada 2019 yakni surplus USD 3,05 juta.


Hide Ads