Google Doodle hari ini menampilkan Noken Papua, tas tradisional khas masyarakat sana. Hari ini memang diperingati sebagai Hari Noken, bertepatan dengan diakuinya Noken sebagai warisan dunia UNESCO.
Berikut beberapa fakta tentang Noken
1. Pengakuan UNESCO
UNESCO mengakui Noken sebagai salah satu warisan budaya dunia pada 4 Desember 2012. Pengakuan ini menambah panjang daftar kebudayaan Indonesia yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia.
Sertifikat UNESCO itu baru diserahkan kepada masyarakat Papua pada 7 April 2014 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu M Nuh kepada Gubernur Papua Barat Abraham O Atururi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. Fungsi Noken Papua
Noken adalah tradisional khas Papua berbahan serat kulit kayu atau bahan alami lainnya, fungsi Noken tergantung ukuran.
Noken berukuran besar untuk membawa hasil kebun, menggendong bayi atau membawa anak babi. Noken berukuran sedang berfungsi untuk membawa buku. Noken berukuran kecil untuk menyimpan ponsel.
3. Cara Memakai Noken Papua
Noken dipakai dengan mengaitkan tali Noken di kepala atau diselempangkan di badan. Terdapat banyak jenis Noken di Papua. Masing-masing suku memiliki ciri khas Noken tersendiri dengan nama sesuai bahasa daerah masing-masing.
4. Noken berharga mahal
Ada salah satu Noken yang menarik, Noken ini hanya dipakai oleh pria saja. Noken ini hanya dibuat oleh pria Suku Mee. Noken ini disebut juga sebagai Noken emas, kenapa bisa begitu?
Karena memang warnanya kekuningan seperti emas, harganya juga selangit. Harga satu buah Noken Anggrek Rp 4 juta hingga Rp 10 juta lebih. Oleh Suku Mee, Nnoken ini disebut toya agiya.
![]() |
Dalam budaya suku Mee, Noken toya agiya hanya boleh dibuat dan dipakai oleh pria Suku Mee, tetapi yang berhak memakai hanya untuk seorang tonowi atau pria yang memiliki kekuasaan, kekayaan, babi banyak, istri banyak dan pandai berpidato.
Noken toya agiya, saat ini mudah dijumpai di Pasar Moanemani, Dogiyai, Papua. Noken ini dijual oleh pria Suku Mee, cara menjualnya sambil dipakai di pasar, traveler tinggal membelinya, tinggal datang ke Pasar Moanemani, begitu melihat ada pria Suku Mee yang membawa Noken emas, langsung dapat membelinya
Noken anggrek ini walaupun mahal seperti emas, tetapi sangat kuat dan tidak mudah robek, mampu bertahan lama karena dalam proses pembuatannya sangat rumit dan membutuhkan waktu sekitar tiga bulan.
Untuk mendapatkan anggrek emas sebagai bahan Noken harus dilakukan dengan masuk ke dalam hutan yang jauh dari pemukiman.
Bagi traveler yang ingin mengoleksi Noken emas ini, harus siap-siap uang minimal Rp 4 juta.
"Sangat disarankan untuk tidak menawar, hal ini sebagai bentuk apresiasi pada pembuat Noken, karena untuk mendapatkan bahannya sendiri sangat susah, proses pembuatannya rumit dan membutuhkan waktu berbulan-bulan," ujar Peneliti Balai Arkeologi Papua Hari Suroto dalam pesan elektronik yang diterima detikcom.
Baca juga: Kunjungan ke Papua, Jokowi Pakai Noken |
(ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!