Warga lokal Pulau Keswick buka suara soal pengusaha China yang menguasai pulau itu. Mereka akan melancarkan aksi balasan atas tindakan sewenang-wenang mereka.
Perang antara perusahaan China Bloom versus penduduk lokal memperebutkan Pulau Keswick di Whitsundays, Australia tampak semakin intensif. Tak terima dengan pengusiran yang dilakukan China Bloom, penduduk lokal akan menduduki pantai di Whitsundays yang juga dikembangkan perusahaan China tersebut.
Seorang warga lokal Nothern Beaches, Deb Lawson yang tertarik pada isu ini, merencanakan protes damai di kawasan Basil Bay. Basil Bay sendiri merupakan kawasan yang dilarang oleh Pemerintah Queensland untuk dimasuki warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun protes ini akan tetap dilakukan bertepatan dengan Hari Australia dan juga melibatkan 'armada kapal'.
"Saya pikir, sebagai komunitas berperahu (Mackay), cara apa yang lebih baik untuk memperingatinya selain mendapatkan armada kapal adalah pergi ke Pulau Keswick," ujarnya.
"China Bloom tidak memiliki kepemilikan di bawah tanda air pasang, jadi secara teknis, mereka tidak bisa menghentikan kami untuk pergi ke pantai," katanya.
Sementara itu, penduduk Whitsundays Amanda Camm juga menyatakan protesnya atas tindakan China Bloom.
"Ini bukan China komunis, ini Australia. Ini Queensland dan ini Whitsundays," ujarnya.
Di sisi lain, Dewan Regional Mackay menolak untuk mengomentari masalah ini. Mereka mengatakan, masalah itu harusnya ditanyakan kepada Pemerintah Palaszczuk karena terdapat perjanjian sewa jangka panjang antara pemerintah itu dengan China Bloom.
Namun juru bicara Pemerintah Queensland menegaskan bahwa pengembang didesak untuk melakukan hal yang benar.
"(Kami) bekerja dengan China Bloom untuk memastikan semua aktivitas yang relevan sesuai dengan persyaratan sewa, terutama karena China Bloom bekerja untuk meningkatkan jalan di pulau itu, landai kapal, dermaga dan infrastruktur laut," kata juru bicara Departemen Sumber Daya.
Mengenai masalah akses publik yang ditolak ke Basil Bay, pemerintah hanya menawarkan ini," di wilayah Pulau Keswick di mana sewa diadakan di dekat pantai, publik dapat mengakses pantai ke tempat yang tidak bertanda," katanya.
Salah seorang warga lokal bernama Julie Willis mengungkapkan bahwa ia tak menyangka, kejadian seperti ini bisa terjadi di Australia.
"Saya terkejut itu terjadi di Australia," katanya setelah diberi waktu selama tiga hari untuk meninggalkan properti yang telah ia sewa selama 5 tahun.
Selanjutnya: akomodasi, bandara, dan pelabuhan ditutup China Bloom
Tak cuma berimbas pada warga lokal yang kesulitan mengakses wilayah pantai, Willis juga mengatakan, kehadiran China Bloom juga berimbas pada operator Airbnb di sana. Mereka terpaksa membatalkan pemesanan termasuk bagi turis internasional yang seminggu lagi tiba di sana karena China Bloom memutuskan meniadakan akomodasi untuk sewa jangka pendek.
Selain itu, warga lokal yang telah menerbangkan pesawatnya dari Mackay ke Pulau Keswick lebih dari 1000 kali juga diberi waktu 12 jam untuk berkemas dari landasan pacu pulau itu.
Dengan ditutupnya landasan udara berarti perjalanan antar pulau hanya dapat dilakukan dengan perahu. Tetapi dermaga yang awalnya dipegang penyewa juga sudah ditutup dan tidak diganti.
Akibatnya, penduduk setempat harus menempuh jalanan kecil yang baru dibangun dan berbahaya.
"Ini perjuangan. Kami telah mencoba bergabung dengan China Bloom. Kami telah diberi jaminan oleh Pemerintah Queensland bahwa kekhawatiran kami telah ditanggapi, tetapi kami merasa kami tidak didengarkan," kata Willis.
Yang lebih menyakitkan, taman nasional yang ada di sana juga sudah ditutup. Padahal tempat itu menjadi habitat bagi penyu untuk bertelur. Itu terjadi setelah garis pantai pulau itu digali selama musim bertelur penyu pada tahun 2019.
Pemerintah Queensland membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyelidiki hal tersebut. Sayangnya, meskipun ada foto kerusakan lingkungan pada habitat penyu, pemerintah tidak menemukan bukti adanya kesalahan.
Komentar Terbanyak
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana