Jauh dari Gadget, Ini Cara Anak Suku Adat Papua Habiskan Waktu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Jauh dari Gadget, Ini Cara Anak Suku Adat Papua Habiskan Waktu

Hari Suroto - detikTravel
Minggu, 13 Des 2020 17:18 WIB
Maximus, putra Papua dari Suku Moni
Ilustrasi anak-anak Desa Ugimba di Papua (Afif/detikTravel)
Wamena -

Di saat generasi milenial di kota besar bermain gadget, anak-anak Suku Dani di Lembah Baliem asyik dengan kehidupan tradisional khas pegunungan Papua.

Biasanya selesai pulang sekolah, bagi anak laki-laki bersama teman-temannya akan berburu serangga seperti jangkrik, tonggeret atau belalang. Serangga-serangga yang didapat kemudian mereka bakar untuk dimakan bersama-sama.

Anak-anak perempuan suku Dani sepulang sekolah, biasanya akan membantu mama mereka di kebun atau membantu mamanya merajut noken. Anak-anak Suku Dani mengenal beberapa permainan tradisional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Permainan dilakukan beramai-ramai di halaman sekolah atau lapangan kampung. Jenis permainan ini yaitu perlombaan melempar sege (semacam tombak) dan panahan. Bagi yang mampu melempar sege terjauh maka ia akan juara, begitupun bagi yang mampu memanah tepat sasaran pada obyek yang sudah disediakan tentu ia yang akan jadi pemenang.

Presiden Jokowi menerima kunjungan sejumlah anak-anak dari Papua di Istana. Bercengkrama bersama, Jokowi terlihat sangat semringah.Presiden Jokowi menerima kunjungan sejumlah anak-anak dari Papua di Istana. Bercengkrama bersama, Jokowi terlihat sangat semringah (Rengga Sancaya/detikTravel)

Permainan lainnya yaitu puradan yakni melempar kayu atau tombak ke arah sasaran yang berupa sebuah lingkaran rotan yang dilempar di permukaan tanah dan melaju dengan cepat. Bagi yang dengan tepat mengenai sasaran ini berhak menjadi juara.

ADVERTISEMENT

Selain itu ada permainan alat musik tiup tradisional yang bernama pikon yang terbuat dari bilah bambu. Pikon ini mirip dengan harmonika. Untuk memainkan alat musik ini diperlukan keahlian yang mumpuni untuk meniup dan menggetarkan pikon.

Permainan-permainan tradisional ini juga dapat dilihat dalam Festival Budaya Lembah Baliem yang berlangsung pada bulan Agustus setiap tahunnya.

Namun dalam Festival Budaya Lembah Baliem, permainan tradisional ini dilakukan oleh orang dewasa dan tentu saja dengan hadiah dari panitia. Dalam festival ini juga ada perlombaan karapan babi yang diikuti oleh mama-mama. Bahkan yang lebih menarik lagi adalah beberapa turis asing turut mengikuti permainan tradisional ini.

Bagi anak-anak Suku Dani yang tinggal di Kota Wamena, mereka sudah jarang berburu serangga atau bermain permainan tradisional tetapi mereka lebih suka bermain sepak bola atau bola voli.

---
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.




(rdy/rdy)

Hide Ads