Ada Pasar Tradisi Majapahit di Lereng Merapi, Transaksinya Pakai Uang Dhono

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ada Pasar Tradisi Majapahit di Lereng Merapi, Transaksinya Pakai Uang Dhono

Jauh Hari Wawan - detikTravel
Rabu, 16 Des 2020 08:41 WIB
Pasar Tradisi Majapahit
Foto: Pasar Tradisi Majapahit (Jauh Hari Wawan/detikcom)
Sleman -

Destinasi wisata baru hadir di lereng Merapi, tepatnya di Padukuhan Karanggeneng, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman. Namanya, Pasar Tradisi Majapahit.

Di pasar tradisional itu, wisatawan disuguhi aneka palawija, makanan rebus, jamu, wedang rempah, kopi, pecel, jadah tempe, dan berbagai cinderamata. Setiap Sabtu dan Minggu pasar dibuka mulai pukul 07.00 hingga 14.00 WIB.

Konseptor Pasar Tradisi Majapahit, Naryono, mengatakan dibukanya wisata di desa tersebut untuk mengurangi kecemasan berlebihan warga akan situasi Merapi. Selain itu, untuk membangkitkan wisata yang kini tengah melesu akibat pandemi COVID-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Banyak masyarakat nganggur, karena wisata sepi. Banyak pedagang, pemilik jip yang pendapatannya berkurang drastis," kata Naryono kepada wartawan, Selasa (15/12/2020).

Ia menjelaskan, di pasar Tradisi Majapahit ini, akan ada sensasi berbelanja berbeda jika dibandingkan dengan pasar pada umumnya. Sebab, pengunjung akan merasakan nuansa seolah-olah berbelanja di pasar zaman dahulu.

ADVERTISEMENT

Hal itu, karena para pengunjung dan pedagang dilarang menggunakan uang rupiah ketika bertransaksi. Sebab, yang berlaku di pasar ini adalah uang dhono yaitu sebuah mata uang berupa keping bulat dari kayu yang dihargai senilai Rp 2 ribu untuk satu keping.

"Pengunjung yang mau berbelanja di Pasar Majapahit, mereka terlebih dahulu harus menukarkan uang rupiahnya dengan uang dhono. Baru setelah itu pengunjung dapat belanja di pasar yang menjual beragam makanan dan produk olahan warga," dia menjelaskan.

Ia juga menjelaskan para pedagang dilarang menggunakan plastik untuk membungkus barang dagangan yang dibeli oleh pengunjung. Termasuk, pengunjung dilarang membawa plastik ketika bertransaksi di area pasar tersebut.

Ia bilang lokasi Pasar Tradisi Majapahit aman dari dampak aktivitas Merapi. Sebab, jarak dari puncak Merapi sejauh 11 Kilometer. Bahkan, saat Merapi erupsi tahun 2010 pun kawasan tersebut tidak terdampak signifikan.

"Jaraknya 11 km dari puncak Merapi, saat 2010 hanya terkena hujan abu vulkanik. Area wisata Pasar Tradisi Majapahit juga jauh dari aliran Sungai Gendol, Opak, dan Kali Kuning. Insyallah aman," dia menegaskan.

Dia berharap dibukanya Pasar Majapahit bida menjadi napas baru bagi warga setempat dalam pemulihan ekonomi, baik akibat pandemi maupun dampak Merapi.

Pasar Tradisi Majapahit ini menempati lahan sekitar 2.000 meter per segi. Para penjual saat ini dibatasi warga RT 02 Karanggeneng. Total ada 45 KK yang berpartisipasi dan berjualan di sana.




(elk/fem)

Hide Ads