TRAVEL NEWS
Pariwisata Bali yang Masih Sepi Bak Kota Mati

Sejak pandemi COVID-19 melanda, wisata Bali seakan mati suri. Tren itu terus berlanjut dari tahun lalu hingga kini.
Semenjak pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia sekitar bulan Februari lalu, Bali seakan kehilangan pesonanya. Sebagai pulau yang hidup dari pariwisata, kebijakan Pemerintah RI yang menutup perbatasannya bagi turis asing juga sangat berimbas pada aktivitas wisata di sana.
Alhasil, pariwisata Bali pun berjuang untuk hidup sepanjang tahun 2020 lalu. Bali yang tadinya bergantung dari turis asing, mulai beralih ke turis domestik.
Hal itu seiring dengan kebijakan Pemprov Bali yang mulai membuka pariwisatanya pada akhir bulan Juli 2020 lalu. Semenjak itu, perlahan turis domestik mulai kembali mendatangi Bali.
Selain buka kembali, tak sedikit pelaku pariwisata Bali yang juga menerapkan protokol kesehatan. Jumlah turis domestik memang meningkat, tapi Bali disebut masih sepi.
Kebijakan Rapid Antigen
Jelang akhir tahun 2020 lalu, wisata Bali berharap banyak pada puncak liburan Natal dan akhir tahun. Minat turis domestik yang ingin kembali berwisata ke Bali juga kian membuncah.
Hanya di tengah kondisi pandemi, Pemerintah juga tak kurva COVID-19 meningkat akibat momen libur akhir tahun. Kewajiban rapid test antigen dan PCR/SWAB pun diberlakukan sebagai syarat wisata ke Bali.
"Kita mendapat kontrol khusus dari pemerintah pusat. Dan keputusan ini adalah keputusan bersama rapat tingkat nasional bersama pemerintah pusat dan daerah, menteri, dan gubernur se-Indonesia. Bukan kemauan Gubernur Bali saja," kata Koster dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Rabu (17/12/2020) malam.
Surat Edaran (SE) Gubernur Nomor 2021 Tahun 2020 itu mendapat banyak kritik dari sejumlah pihak, termasuk pelaku pariwisata karena dinilai membebani masyarakat yang akan mengunjungi Bali. Menurut Koster, berlakunya kebijakan tersebut merupakan arahan yang tidak bisa ditawar dari pemerintah pusat.
Selanjutnya: Pengakuan turis domestik yang liburan ke Bali