Lukisan Gua Tertua di Dunia Ditemukan di Sulsel, Umurnya 45 Ribu Tahun!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Lukisan Gua Tertua di Dunia Ditemukan di Sulsel, Umurnya 45 Ribu Tahun!

Femi Diah - detikTravel
Jumat, 15 Jan 2021 05:02 WIB
Kampung Berua adalah salah objek wisata yang patut dikunjungi ketika ke Sulawesi
Maros tempat ditemukannya lukisan gua tertua di dunia. (Dadan Kuswaraharja/detikTravel)

Jejak Migrasi

Lukisan babi kutil berusia 45.500 tahun itu berukuran 136 x 54 cm. Lukisan itu dibuat dengan cat dari oker (pigmen tanah liat) merah tua.

Babi kutil Sulawesi itu digambarkan memiliki rambut pendek tegak dan sepasang kutil wajah seperti tanduk yang menjadi ciri khas jantan dewasa dari spesies tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada dua cetakan tangan di atas bagian belakang babi. Kemudian, tampak menghadap dua babi lain yang hanya terawetkan sebagian, sebagai bagian dari adegan naratif.

"Babi itu tampaknya mengamati perkelahian atau interaksi sosial antara dua babi kutil lainnya," kata anggota arkeolog lain Adam Brumm.

ADVERTISEMENT

Lukisan babi kutil itu dianggap sebagai jejak pemukiman karena manusia berburu babi kutil Sulawesi selama puluhan ribu tahun. Karya seni babi kutil itu menjadi jejak prasejarah di kawasan itu, khususnya selama Zaman Es.

Selain menjadi bukti jejak pemukiman, lukisan gua seperti itu juga menjelaskan tentang migrasi manusia purba.

Diketahui bahwa orang mencapai Australia 65.000 tahun yang lalu, tetapi mereka mungkin harus menyeberangi pulau-pulau di Indonesia, yang dikenal sebagai "Wallacea".

Sekarang, situs itu menjadi bukti manusia tertua di Wallacea, tetapi membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menunjukkan bahwa orang-orang bermukim di wilayah tersebut jauh lebih awal. Itu akan menyelesaikan teka-teki pemukiman Australia.

Tim arkeolog itu meyakini lukisan di dinding gua itu dibuat oleh Homo sapiens, bukan spesies manusia yang punah, seperti Denisovan. Tapi, lagi-lagi mereka membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Untuk membuat cetakan tangan, para seniman di zaman itu harus meletakkan tangan mereka di atas permukaan kemudian meludahi pigmen di atasnya. Nah, sisa air liur itulah yang diharapkan cukup untuk diekstrak menjadi sampel DNA.


(fem/ddn)

Hide Ads