Fenomena lava pijar di Gunung Merapi saat ini menjadi daya tarik masyarakat. Hal ini membuat warga kemudian berbondong-boondong naik untuk mengabadikan momen lelehan lava pijar.
Terkait hal tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman menyatakan jika pada dasarnya masyarakat bisa menyaksikan fenomena ini. Sebab, hingga saat ini jarak luncur awan panas terjauh baru mencapai 1,8 kilometer.
"Sebenarnya kalau melihat lava pijar itu tidak apa-apa, aman-aman saja karena jarak luncurannya paling jauh 1,8 kilometer," kata Kepala Pelaksana BPBD Sleman Joko Supriyanto kepada wartawan di Sleman, Kamis (21/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Joko mengingatkan saat ini pemerintah masih menerapkan pengetatan secara terbatas kegiatan masyarakat (PTKM). Pasalnya, Kabupaten Sleman menjadi salah satu daerah dengan penularan virus Corona yang tinggi. Oleh karena itu, ia meminta kepada masyarakat dengan adanya fenomena ini jangan sampai menimbulkan kerumunan.
"Namun, karena sekarang adanya PTKM ini lah yang kita jaga jangan sampai ada kerumunan. Sebetulnya wisatawan kalau melihat Gunung Merapi erupsi itu boleh, tapi sekarang masih ada PTKM," tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso memaparkan fenomena lava pijar telah muncul sejak tanggal 4 Januari. Agus menyebut lava pijar kini menjadi daya Tarik wisata.
"Lava pijar saat ini menjadi daya tarik wisata khususnya para penggemar fotografi," kata agus dalam jumpa pers virtual, Sabtu (16/1/2021).
Berdasarkan data laporan aktivitas Merapi periode 8 hingga 14 Januari tercatat guguran lava pijar teramati sebanyak 128 kali dengan jarak luncur maksimal 900 meter arah barat daya ke hulu Kali Krasak. Kendati bisa menjadi daya tarik wisata, Agus tetap mengingatkan agar masyarakat menikmati lava pijar dari jarak yang aman.
"Saat ini erupsi Gunung Merapi-nya masih terhitung kecil dan belum membahayakan pemukiman sehingga masyarakat bisa menyaksikan dari pemukiman mereka atau dari jarak yang aman. Ini (lava pijar) fenomena luar biasa yang sayang untuk dilewatkan," sebutnya.
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!