Restoran Jepang yang telah melayani pelanggan selama 231 tahun akhirnya tutup karena pandemi COVID-19. Banyak orang menyayangkan tapi tak ada jalan lagi di situasi seperti ini.
Pandemi COVID-19 telah berlangsung selama setahun lebih. Sejak kasusnya diumumkan pertama kali ditemukan di Jepang pada 16 Januari 2020, negara itu telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi penyebaran virus ini.
Sempat memperketat dan melonggarkan aturan lockdown, Jepang akhirnya kembali merilis situasi darurat karena mereka memasuki gelombang ketiga penyebaran COVID-19. Wilayah Tokyo dan sejumlah prefektur di sekitarnya harus melakukan pembatasan kegiatan, termasuk mengatur jam buka restoran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat pandemi yang tak jua usai, banyak toko yang mulai gulung tikar. Tak terkecuali restoran yang terkenal bagi pelanggan lokal maupun internasional yang bernama Kawajin.
Kawajin merupakan restoran bersejarah di Distrik Shibamata, Tokyo. Restoran ini telah berdiri selama 231 tahun dan terkenal akan berbagai olahan belutnya.
Dilansir dari Sora News 24, Kawajin didirikan pada tahun 1790 pada periode Edo (1603-1868). Saat itu, samurai masih berkeliaran di Jepang dan negara itu dikuasai pemerintah feodal.
Di masa ini, Kawajin sudah melayani para samurai dengan sejumlah menu makan malam yang terkenal. Berlanjut ke tahun 1912, restoran ini menjadi favoritnya penulis Natsume Soseki.
Nama restoran Jepang ini sempat diulas dalam novelnya berjudul To the Spring Equinox. Tak hanya itu, Kawajin juga diabadikan dalam novel berjudul Kaze no Shisen oleh penulis bernama Seicho Matsumoto di tahun 1962.
Restoran ini juga sempat menjadi latar pernikahan dalam serial Jepang terkenal yang berjudul Otoko wa Tsurai Yo yang disiarkan pada 1969-1995.
Sayang, kenangan kejayaan Kawajin tinggal sejarah sebab restoran ini akhirnya tutup pintu mulai 31 Januari 2021. Hal ini diungkapkan pemilik restoran generasi ke-18 yaitu Kazuki Amamiya.
Dia mengatakan tak punya pilihan lain selain menutup restoran karena jumlah pelanggan yang menurun di masa pandemi COVID-19. Amamiya telah berusaha melakukan penyesuaian dengan mengurangi biaya peralatan dan menggunakan bantuan pemerintah untuk bertahan. Sayang, kondisi finansial restoran Jepang itu telah mencapai batas yang tak bisa lagi diselamatkan.
Baca juga: Alasan di Balik Orang Jepang yang Gila Antre |
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum