Pariwisata domestik menjadi harapan untuk kebangkitan ekonomi. Kini saatnya warga Indonesia mengeksplorasi keragaman wisata dalam negeri.
Kita tak pernah kapan pandemi akan berakhir, bahkan kini telah ada varian virus Corona baru yang membuat beberapa negara lockdown kembali. Saat ini wisatawan mancanegara tak bisa diharapkan untuk membangkitkan ekonomi pariwisata.
"Kalau ini adalah virusnya travelling Around The World, mau Amerika mau Afrika Selatan ya kena semua. Paris yang 88 juta wisatawannya sekarang kira-kira tinggal 5%, berarti berapa banyak tenaga kerja yang habis. Jadi betul menurut saya, saya dukung pak menteri untuk domestik itu menjadi yang utama," kata Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center dan Forum Pariwisata Indonesia, Sapta Nirwandar, Kamis (28/1/2021), dalam Webinar Wonderful Indonesia: Reviving The Tourism Industry.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi, yang menjadi tantangan adalah membuat wisatawan tertarik untuk mengunjungi destinasi di dalam negeri tersebut. Masih banyak wilayah yang belum diketahui wisatawan.
"Tetapi tentunya harus juga diberikan daya tarik supaya domestik itu menarik. Nah ini yang sulit menurut saya adalah melihat informasinya," tambah Sapta.
"Di sekitar Malang sana ada pulau yang indah. Di Sulawesi Selatan apalagi, Selayar dan seterusnya. Nah ini menurut saya harus kita pacu untuk banyak lagi informasi tentang destinasi sehingga bisa berkembang destinasi di daerah," kata Sapta.
Informasinya pun harus dilakukan secara digital, tidak hanya dari mulut ke mulut. Jadi tak hanya destinasi itu-itu saja yang diketahui turis.
"Kemarin saya cek ada Pulau Licin itu di-Googling cuma ada 25 orang. Sedangkan Dufan itu sampai 57 ribu. Apa artinya? karena kontributor banyak," katanya.
Selain itu, hotel dan restoran yang perlu memiliki new investment untuk mereka bisa survive. Sehingga dalam hal ini teknologi dibutuhkan.
Yang berikutnya adalah hotel dan restoran itu juga harus tadi sudah ada to serve revive tapi perlu ada new investment untuk apa mereka bisa survive antara lain adalah IT.
"Sekarang ini zamannya kalau dulu high touch sekarang touchless. Nah ini kan harus IT. Menurut saya itu yang paling penting," kata Sapta.
(elk/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol