Tari Topeng Cirebon merupakan salah satu kesenian tradisional yang masih eksis hingga kini. Selain menghibur, tarian ini juga menjadi media penyebaran Islam.
Di era globalisasi saat ini, masyarakat mempunyai berbagai pilihan hiburan untuk dikonsumsi. Meskipun banyak hiburan modern masuk ke Indonesia, kesenian tradisional masih memiliki tempat di hati masyarakat. Salah satu yang masih bertahan adalah Tari Topeng Cirebon.
Seperti namanya, poin utama dalam tarian ini adalah penggunaan topeng yang menutup wajah si penari. Uniknya, gaya tari yang dilakukan para penari ini disesuaikan dengan jenis topeng yang mereka gunakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jenis topeng itu dibagi menjadi lima jenis yang disebut panca wanda atau lima rupa yang mewakili 5 watak manusia. Panca wanda ini mencakup Tari Topeng Kelana, Tari Topeng Tumenggung, Tari Topeng Rumyang, Tari Topeng Samba, dan Tari Topeng Panji.
Selain topeng, para penari juga mengenakan perlengkapan lainnya, seperti pakaian lengan panjang dan dasi dengan peniti berbentuk uang zaman dulu yang disebut ukon. Penari juga menggunakan ikat pinggang yang dilengkapi keris, badong, gelang, dan kain batik.
Kostum penari topeng Cirebon memang terkesan berbeda dibandingkan penari tradisional yang cenderung berpakaian terbuka di bagian bahu. Ini terkait sejarah perkembangan Tari Topeng Cirebon yang dijadikan media penyebaran agama Islam.
Soal itu dijelaskan dalam Babad Cirebon Carang Satus yang ditulis Elang Yusuf Dendrabrata. Ia menyebut bahwa Tari Topeng Cirebon diciptakan dalam rangka penyebaran agama Islam. Awalnya, jenis tarian ini sudah ada di Jawa dan Bali namun eksistensinya turun setelah keruntuhan Majapahit.
Tari Topeng digunakan Sunan Gunung Jati dalam menghadapi ancaman Pangeran Welang dari Karawang yang memiliki pusaka Curug Sewu yang ingin menaklukkan Keraton Cirebon. Sunan Gunung Jati enggan melakukan perang dengan Pangeran Welang sehingga ia memilih jalan diplomasi melalui kesenian.
Melalui Tari Topeng itu, hadir penari bernama Nyi Mas Gandasari yang akhirnya memikat hati Pangeran Welang. Pangeran Welang ingin meminang Nyi Mas Gandasari namun dengan syarat ia harus menyerahkan pusaka Curug Sewu. Pangeran Welang pn menyanggupi dan akhirnya memeluk agama Islam.
Sejak saat itu, Tari Topeng Cirebon ini tumbuh subur di kalangan masyarakat Cirebon. Karena tujuannya untuk menyebarkan agama Islam, penari harus menggunakan busana yang menutup bagian dada dan punggung, serta mengenakan kaos kaki hingga lutut.
Gerakannya pun sarat makna filosof keislaman tentang syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. Selain itu, tari ini juga mengajak penontonnya untuk melakukan kebenaran, berzikir dan beristighfar.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Aturan Baru Bagasi, Presdir Lion Air Group: Demi Keselamatan