Warga Dunia, Wisata Myanmar Minta Tolong

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Warga Dunia, Wisata Myanmar Minta Tolong

Bonauli - detikTravel
Selasa, 09 Feb 2021 09:11 WIB
NAYPYITAW, MYANMAR - DECEMBER 6 :  Street sweepers keep the wide streets clean December 6, 2011 in Nay Pyi Taw, Myanmar. NayPyiTaw is the capitol city of Myanmar, formally in Yangon until the Burmese government created a new secluded capitol closed off from much of the world until recently. The pace of change in Myanmar brought U.S Secretary of State Hillary Clinton to the country where she discussed further paths to reform and crucial talks with both Aung San Suu Kyi and the highest levels of the Burmese government. For many years Myanmar has suffered from economic stagnation, political repression and international isolation. In March the army handed power to a civilian government after almost five decades of the military regimes strong arm rule. The handover took place after a controlled election under a new constitution that preserved much of the military clout.  Internet has been loosened up as previously inaccessible foreign news and opposition websites have been unblocked. 
(Photo by Paula Bronstein/Getty Images)
Myanmar memanas setelah adanya kudeta militer. (Getty Images/Paula Bronstein)
Nay Pyi Taw -

Kudeta militer yang sedang di tengah pandemi makin membuat Myanmar memanas. Pariwisata pun menjerit.

Dilansir dari AFP, Selasa (9/2/2021), telah terjadi pelanggaran hukum dan ancaman kekerasan oleh kelompok-kelompok yang 'menggunakan alasan demokrasi dan hak asasi manusia' di Myanmar setelah kudeta militer.

Puluhan ribu orang berunjuk rasa pada akhir pekan dan berlanjut pekan ini dengan lebih banyak peserta demo hingga aksi mogok kerja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, Myanmar Tourism Marketing (MTM) meminta permohonan kepada operator tur luar negeri untuk terus mendukung dan berdiri bersama masyarakat Myanmar. Ada banyak pesan keprihatinan yang diberikan kepada Myanmar.

"Saat ini situasinya masih tidak pasti, tetapi tidak ada kekerasan yang meluas atau kerusuhan sipil. Sebaliknya, orang-orang dari seluruh negeri, termasuk dari industri perhotelan dan pariwisata, telah memprotes dengan damai dan terlibat dalam pembangkangan sipil tanpa kekerasan," begitulah isi siaran pers dari MTM.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, MTM mempromosikan wisata Myanmar sebagai tujuan pariwisata berkelanjutan selama pandemi Covid-19. Pariwisata Myanmar sempat yakin dengan laju pariwisatanya belakangan ini.

"Dengan melakukan ini, kami berharap dapat menghasilkan pendapatan bagi masyarakat yang tidak hanya bekerja di industri ini secara langsung maupun tidak. Pada saat yang sama menunjukkan kepada pengunjung yang terbaik dari negara ini, orang-orang Myanmar itu sendiri," MTM melanjutkan.

Setelah merebut kekuasaan, militer mengumumkan keadaan darurat selama satu tahun dan melarang semua penerbangan baik domestik maupun internasional hingga 31 Mei. Namun, penerbangan domestik dan beberapa penerbangan repatriasi internasional yang membawa pulang warga Myanmar dilanjutkan pada 4 Februari.

"Kudeta ini berdampak serius pada mata pencaharian masa depan semua orang yang bekerja di bidang pariwisata di Myanmar. Menghadapi tantangan ini, MTM akan terus bekerja tanpa lelah dalam mempromosikan Myanmar sebagai tempat yang aman dan menarik untuk dikunjungi," MTM menjelaskan.

Militer sebelumnya telah memerintah Myanmar selama hampir setengah abad. Selama pemerintahan junta militer, perbedaan pendapat dengan tegas dihalangi dan militer sering menggunakan kekuatan 'mematikan', terutama terhadap aksi-aksi protes besar pada tahun 1988 dan 2007.




(bnl/fem)

Hide Ads