Tahun Baru Imlek yang Muram buat Pemandu Wisata di GWK

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tahun Baru Imlek yang Muram buat Pemandu Wisata di GWK

Femi Diah - detikTravel
Kamis, 11 Feb 2021 13:14 WIB
Setelah sempat dibuka pada awal Desember 2020 lalu, kawasan GWK akan ditutup kembali mulai Senin (1/2/2021).
GWK sepi, pemandu wisata menjerit. (Muhammad Ridho/detikTravel)
Denpasar -

Di bawah kemegahan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK), seorang pemandu wisata menatap tahun baru Imlek dengan muram. Wisatawan sepi.

"Dalam 10 bulan terakhir, tidak ada pemasukan, karena tidak ada pengunjung," kata Effendy, pemandu wisata di GBK, seperti dikutip Reuters, Kamis (11/2/2021).

Padahal biasanya, tahun baru Imlek adalah saatnya panen buat Effendy, pemandu 65 tahun yang langganan mendampingi turis China itu. Effendy yang memakai tutup kepala merah tradisional dan sarung batik, siang itu tidak ada kerjaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria Tionghoa dengan nama Lin Wen Hui dan memiliki kemampuan bahasa mandarin itu menyadari Imlek 2021 kali ini tidak sama. Kini, tidak ada turis dari China, Hong Kong, atau Taiwan yang biasanya membanjiri taman seluas 60 hektare itu seperti tahun-tahun lalu.

"Harapan terbesar saya adalah kita bisa cepat sembuh dari pandemi ini... dan semua aktivitas bisa kembali normal lagi," ujar pria 65 yang juga keturunan Tionghoa dan memiliki nama Lin Wen Hui itu.

ADVERTISEMENT

Indonesia memang masih menutup pintu untuk turis asing untuk mencegah penyebaran virus Corona. Awalnya, aturan itu diterapkan mulai 1 hingga 14 Januari namun diperpanjang.

Dengan larangan turis asing untuk mencegah penyebaran virus, kini Effendy menghabiskan sebagian besar waktunya berlatih seni bela diri kung fu di rumah. Dia juga membantu istrinya menjual beras kemasan untuk mendapatkan uang.

Pasangan itu bahkan harus menjual beberapa barang berharga, seperti cincin dan kalung untuk menopang diri mereka sendiri.

Sebelum pandemi, Effendy bisa mendapatkan uang senilai Rp 2 juta dari grup wisata yang diisi 10 hingga 30 orang. Biasanya grup wisata itu berkunjung selama tiga hingga tujuh hari.

"Kami akan mengalami krisis ekonomi karena pandemi ini, dan kami tidak bisa berbuat apa-apa," kata Effendy.




(fem/ddn)

Hide Ads