Perusahaan pembuat pesawat, Airbus, mengumumkan menelan kerugian hingga 1,1 miliareEuro (setara Rp 18,8 triliun) gara-gara pandemi virus Corona.
CEO Airbus, Guillaume Faury, mengungkapkan bahwa kerugian Airbus sebesar itu terjadi sepanjang tahun 2020. Menurut Faury, performa Airbus tahun lalu jauh dari ekspektasi.
Faury ingin agar Airbus beradaptasi dengan konstan setelah banyak maskapai yang mengandangkan pesawat gara-gara larangan berpergian sebagai imbas pandemi virus Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Krisis ini belum berakhir. Ini akan terus berlanjut dan akan jadi kenyataan yang harus kita hadapi tahun ini," kata Faury seperti dikutip detikTravel dari AP, Selasa (23/2/2021).
Di bulan Juni tahun lalu, Airbus mengumumkan akan memecat 15 ribu karyawannya. Kebanyakan karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja ada di Prancis dan Jerman.
Airbus tidak berharap banyak industri penerbangan akan pulih dengan cepat. Mereka memperkirakan industri penerbangan baru akan kembali normal seperti sebelum pandemi pada tahun 2023-2025.
Penjualan produsen pesawat asal Eropa ini turun menjadi 49.9 miliar euro (setara Rp 854 triliun) dari sekitar 70 miliar euro (setara Rp 1.198 trliun) di tahun sebelumnya.
Airbus telah mengirimkan 566 unit pesawat tahun lalu. Tahun ini, Airbus berharap akan mengirimkan pesawat dengan jumlah yang sama.
Tahun ini ada sekitar 268 pesanan pesawat yang masuk ke Airbus Jumlah tersebut turun jauh dari tahun sebelumnya yang mencapai 768 pemesanan. Pandemi Corona jadi penyebab utama turunnya permintaan pesawat untuk Airbus.
Keadaan tak jauh berbeda juga dialami oleh Boeing, pesaing Airbus. Apalagi Boeing didera masalah yang dialami oleh salah satu pesawat mereka yaitu Boeing 737 Max yang jatuh di Indonesia dan Ethiopia.
(wsw/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum