Pas Hari Ini, Tepat 38 Tahun Candi Borobudur Dipugar

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pas Hari Ini, Tepat 38 Tahun Candi Borobudur Dipugar

Eko Susanto - detikTravel
Selasa, 23 Feb 2021 23:34 WIB
Candi Borobudur
Tepat 23 tahun restorasi Candi Borobudur. (Eko Susanto/detikTravel)
Magelang -

Hari ini tanggal 23 Februari 2021 tepat 38 tahun pemugaran Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Diyakini tidak ada lagi restorasi lanjutan.

Pemugaran Candi Borobudur pertama kali dilakukan sekitar tahun 1907 sampai 1911 oleh Theodoor Van Erp. Kemudian, pemugaran kedua dilakukan pada tahun 1973 sampai dengan 1983 oleh pemerintah Indonesia dan UNESCO.

Pemugaran kedua itu ditandai dengan prasasti batu yang diteken Presiden Soeharto pada tanggal 23 Februari 1983. Prasasti penandatanganan pemugaran II Candi Borobudur itu berada di Kenari, di dalam Kompleks Candi Borobudur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemugaran kedua dilakukan dalam rentang waktu 10 tahun. Salah satu yang terlibat dalam proses pemugaran tersebut yakni Suparno (69). Waktu itu, dia bertugas mendokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan.

Suparno, salah satu orang yang mendokumentasikan dalam proses pemugaran kedua Candi Borobudur.Suparno, salah satu orang yang mendokumentasikan dalam proses pemugaran kedua Candi Borobudur. Foto: Eko Susanto/detikTravel

Dia memotret secara detail Candi Borobudur, mulai dari kerusakan bebatuan, tumbuhan, pembersihan tumbuhan, hingga pemasangan kembali bebatuan tersebut. Saat itu, kamera yang digunakan belum secanggih sekarang. Kamera saat itu masih dianggap sebagai barang mewah dan tidak semua orang bisa menggunakannya.

ADVERTISEMENT

"Saya aslinya bukan fotografer, saya masuk ke Borobudur (Pendidikan dan Kebudayaan) sebagai ahli konservasi. Pada waktu itu, awal mula pemugaran/restorasi itu saya mendaftar sebagai kader teknis di konservasi," kata Suparno saat ditemui di kawasan Punthuk Setumbu Borobudur, Selasa (23/2/2021).

"Di situ saya bekerja sambil dididik tentang konservasi di Universitas Gadjah Mada selama 3 tahun. Jadi, pagi kerja, pulang kantor, berangkat ke Jogja naik truk," dia menambahkan.

Candi BorobudurCandi Borobudur Foto: Eko Susanto/detikTravel

Ia menuturkan saat proses pemugaran, semua pekerjaan direkam atau didokumentasikan. Saat itu, juga ada proses seleksi untuk mendokumentasikan tersebut mengingat kamera masih barang yang mewah.

"Semua pekerjaan, sebelum dikerjakan harus direkam dulu, jadi kerusakan-kerusakan itu difoto dulu. Waktu itu, juga diseleksi sama senior-senior yang senang foto karena 'foto itu pada waktu itu barang mewah, barang elit dan barangnya susah juga'," ujar Suparno.

"Di kantor dilatih sama teman-teman, 'nah salah satu termasuk yang ditunjuk untuk motret'. Jadi, saya motret semua kerusakan yang ada di Borobudur itu, sebelum dikerjakan," dia menjelaskan.

"Pada waktu itu juga ada pelatihan cara-cara untuk membersihkan, jadi sebelum dibersihkan, kita potret dulu. 'Jadi kerusakan apa, ditulis, deskripsi kerusakan apa, tumbuhan yang apa, kita potret'. Setelah kita potret baru dikerjakan untuk pembersihan itu," tuturnya.

Kemudian selesai dikerjakan, kata dia, dipotret lagi. Pemotretan saat itu masih menggunakan negatif film. Kemudian untuk memotret situasi pemugaran dari atas, ketika itu naik di crane atau katrol untuk menaikkan bebatuan.

"Motret kendala paling ya hujan itu, semua sudah terprogram. Dulu pakai film juga, sudah ada berwarna, slide, hitam putih. Untuk memotret situasinya saya numpang tower crane. Ya dengan kenekatan goyang kena angin, 'masih muda nggak ada rasa takut' karena memang butuh foto yang bagus, angle dari atas," ujar yang pensiun pegawai Balai Konservasi Borobudur (BKB) pada tahun 2008, itu.

Suparno bilang hasil pemotretan yang dilakukan saat pemugaran tersebut jumlahnya mencapai ratusan ribu foto. Saat ini, foto-foto tersebut tersimpan dengan baik di BKB.

Candi BorobudurCandi Borobudur Foto: Eko Susanto/detikTravel

"Fotonya ratusan ribu. 'Terima kasih juga, orang yang nggak pernah tahu pekerjaan saya (foto) dirawat disimpan, wow luar biasa dan canggih'. Waktu itu, tanpa AC, sederhana sekali kita pasang film-film, kita bikin sendiri. Itu kegiatan saya terus dikatakan fotografer, tugas saya motret," ujarnya.

Selain Suparno, ada juga Supriyono yang turut serta dalam pemugaran Candi Borobudur tersebut. Dia bertugas untuk mencari batu yang jadikan campuran perekat batu Candi Borobudur. Pencarian tersebut dilakukan dari Sleman hingga wilayah Ungaran.

"Saat ada pemugaran, istilahnya dulu restorasi. Saya bertugas mencari pasir, batuan, mencoba macam-macam lem batu. Dulu mencari batuan sampai di Ungaran. Kebetulan kita milih batuan dari Sleman, Krasak, Pabelan sampai di Ungaran," ujarnya.

Ditemui terpisah, Kepala BKB Wiwit Kasiyati mengatakan pemugaran kedua Candi Borobudur itu sekaligus yang terakhir dilakukan.

"Hari ini tanggal 23 Februari 2021 adalah 38 tahun purna pugar Candi Borobudur. Waktu itu dipugar pada tahun 1973 sampai tahun 1983 pemugaran kedua. Jadi sebenarnya sudah selesai pemugaran Candi Borobudur itu," kata Wiwit.

"Pemugaran III itu, mungkin tidak terjadi di Candi Borobudur dengan kondisi tetap merawat Candi Borobudur sebagai warisan dunia. Kita sekarang lebih pada merawat batu candinya, kemudian kalau ada umpamanya lantai yang goyang kita ganti, kalaupun ada kebocoran pada dinding candi dilakukan perbaikan," ujarnya.




(fem/fem)

Hide Ads