Berita terpopuler detikTravel dalam sepekan ini diramaikan oleh pembahasan mengenai TMII. Tak hanya itu, ada pula artikel mengenai percakapan pilot SJ-182.
Pertama, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) memang populer sebagai destinasi liburan keluarga. Namun lokasi ini pada awalnya dibuat bukan untuk wisata.
Sejarahnya, TMII digagas pada tahun 1971 oleh Siti Hartinah alias Bu Tien, istri dari Presiden Soeharto. TMII dibangun oleh Yayasan Harapan Kita pada tanggal 30 Juni 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, percakapan di kokpit Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu berhasil diunduh. Saat itu pesawat diawaki oleh Kapten Afwan, Co Pilot Fadly Santrianto dan Diego Mamahit.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah memiliki data cockpit voice recorder (CVR) pesawat Sriwijaya Air SJ-182 berisi dua jam percakapan di kokpit. Hal itu dikatakan oleh Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono.
Berita terpopuler detikTravel sepekan ketiga, Everglades Jetport seharusnya menjadi bandara terbesar di dunia. Namun karena masalah lingkungan, hal itu tak terjadi.
Proyek Everglades Jetport diluncurkan pada tahun 1968, tepat pada akhir zaman keemasan perjalanan udara. Saat kabin pesawat dipenuhi asap cerutu dan suara dentingan peralatan makan perak.
Keempat, nenek ini berulang kali mampu melewati pemeriksaan di bandara dan menumpang pesawat secara cuma-cuma sebagai penumpang gelap.
Dikutip dari The Sun, nenek itu bernama Marilyn Hartman. Usianya 69 tahun.
Kelima, pengambilalihan pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menjadi perbincangan hangat. Pengelola TMII mengklaim selalu membayar pajar kepada negara.
Berikut lima berita terpopuler detikTravel sepekan:
Baca juga: Ternyata TMII Tidak Dibuat untuk Wisata, Lho |
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan