Pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) resmi diambil alih negara mulai April 2021. Masyarakat berharap fungsi edukasi dan budaya dipertahankan.
Pedagang dan pengunjung menaruh harapan kepada pemerintah untuk dapat mengelola TMII dengan lebih baik. Salah satunya disampaikan pedagang kaos di Taman Burung, Slamet.
"Saya berdoa moga-moga dipegang pemerintah menjadi lebih baik. Kalau bisa yang sudah ada diperbaiki tapi jangan diganti," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Slamet sudah mencari nafkah di TMII sejak tahun 1989. Ia pernah bekerja di beberapa anjungan, membuat kerajinan di Desa Seni, hingga berjualan di kawasan Taman Burung. Ia berharap di masa depan, TMII sebagai pusat edukasi dan budaya tetap dipertahankan.
"Dulu Taman Mini ini kan dibangun almarhumah Bu Tien tujuannya untuk memfasilitasi,'Ini lho kalau kamu mau melihat seni, budaya, bahasa, dan adat istiadat nggak perlu keliling Indonesia. Cukup ke Taman Mini'. Mudah-mudahan ini masih dipertahankan sampai akhir zaman, jangan berubah," paparnya.
Pengunjung TMII, Windu juga menginginkan hal serupa. Ia menambahkan harapan agar pemerintah jangan sampai TMII dikelola secara kapitalis.
"Saya berharap kalau diambil alih pemerintah, konsepnya ya tetap tentang Taman Mini Indonesia. Jangan terlalu kapitalis ya. Biasanya kalau diserahkan ke swasta jadi terlalu kapitalis. Semoga tetap menjadi Taman Mini tapi fasilitasnya diperbaiki dan harganya ramah untuk masyarakat," kata dia.
Windu mengungkapkan, saat ini ia menilai TMII mematok harga yang mahal untuk pengunjung. Selain harus membayar tiket masuk, di setiap wahana juga masih harus membayar tiket lagi.
"Taman Mini masuk sudah bayar. Tiba-tiba di depan wahana A ada tukang parkir yang kita mesti bayar. Kemudian toilet juga susah dicari, begitu ketemu berbayar. Itu uang kecil-kecil jadinya banyak. Padahal biasanya orang datang ke TMII membawa keluarga," ujarnya.
Pengunjung lainnya, Kholid, memiliki harapan lain. Sebagai perwakilan generasi muda, ia ingin melihat TMII mengikuti perkembangan zaman termasuk dalam hal promosi.
"Harapannya, ada metode unik untuk menarik pengunjung. Mungkin dengan membuat event yang terkait kebudayaan Indonesia," kata dia.
"Bisa dibuat istilahnya mengikuti perkembangan zaman dan situasi globalisasi saat ini sehingga nanti bisa menarik kawula muda. Kalau bisa dengan mengandalkan tokoh-tokoh untuk mempromosikan biar ramai lagi. Semakin ramai kan akan semakin banyak anak muda yang tahu tentang budaya Indonesia," katanya.
Baca juga: TMII Sepi, Omzet Pedagang Turun 99 Persen |
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan