Melihat Ari-ari RA Kartini di Jepara, Jejak Kelahiran Pahlawan Emansipasi Wanita

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Melihat Ari-ari RA Kartini di Jepara, Jejak Kelahiran Pahlawan Emansipasi Wanita

Dian Utoro Aji - detikTravel
Selasa, 20 Apr 2021 20:52 WIB
Jepara -

Ari-ari Raden Ajeng (RA) Kartini masih tersimpan di monumen yang berada di Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Monumen tersebut pun menjadi saksi bisu lahirnya sosok tokoh pahlawan emansipasi wanita dari kota ukir. Bagaimana kisahnya?

Monumen Ari-ari RA Kartini berada di sebelah samping kantor Kecamatan Mayong. Monumen tersebut cukup sederhana.

Pantauan detikcom di lokasi, monumen tersebut terdapat sebuah tugu yang pertanda ada ari-ari atau plasenta Kartini. Tugu tersebut ditandai dengan tulisan "Tempat RA Kartini dilahirkan 21 April 1879". Tugu monumen ari-ari tersebut dibangun pada bulan November 1951.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain ada tugu ari-ari, di monumen tersebut juga terdapat monumen yang menyerupai bunga teratai. Konon, bunga tersebut merupakan pemberian dari sosok seseorang yang mencintai RA Kartini.

Juru pemelihara monumen ari-ari Kartini, Bang Tigor Sitegar, mengatakan di monumen dulunya merupakan tempat RA Kartini dilahirkan. Dia bilang monumen itu merupakan rumah RA Kartini.

ADVERTISEMENT
Monumen Ari-ari RA Kartini di KudusMonumen Ari-ari RA Kartini di Kudus Foto: Dian Utoro Aji/detikTravel

"RA Kartini beliau dilahirkan di Mayong, beliau adalah trah daripada Bupati Jepara pada waktu itu. Beliau di sini adalah tempat kelahiran RA Kartini, belakang di sini ada monumen ari-ari. Setiap manusia lahir pasti ada ari-ari, di sini adalah tempatnya," kata Bang Tigor begitu sapaan akrabnya saat ditemui di lokasi, Selasa (20/4/2021).

Bang Tigor menceritakan bahwa RA Kartini dilahirkan dari pasangan Adipati Ario Sosroningrat dengan Ngasirah yang pada saat itu menjabat sebagai wedana Mayong. Setelah dilahirkan selang sekitar setahun lebih, RA Kartini kecil dibawa ke Kota Jepara. Pada saat itu ayah RA Kartini diangkat menjadi Bupati Jepara.

"Jadi, RA Kartini begitu lahir, itu hanya beberapa saat. Hanya menghitung tahunan, setahun lebih. Beliau ini pindah, bapak beliau menjadi Bupati Jepara. Beliau ini pindah ke kota Jepara. Beliau masa kecilnya sudah di Jepara. Karena masa remaja di Jepara. Masa lahir kecil ada di Mayong Jepara ini," dia mengungkapkan.

Dia menjelaskan dulu di sekitar monumen tersebut merupakan rumah RA Kartini. Tapi, rumah tersebut sudah menjadi milik pribadi. Kini menurutnya tinggal bangunan rumah saja. Adapun yang berada di kawasan monumen hanya ari-ari dan sumur keluarga RA Kartini.

"Di rumahnya masih, bentuknya sama, untuk dalam perabotan tidak ada. Ada perubahan sedikit, bentuk rumah masih asli, termasuk genteng. Tapi ini adalah rumah menjadi milik pribadi, ke sana harus izin. Ini hanya luas ini saja (rumah tidak masuk ke dalam monumen), milik monumen ari-ari hanya sekitar luasnya 10 x 15 meter," kata Bang Tigor.

Monumen Ari-ari RA Kartini di KudusMonumen Ari-ari RA Kartini di Kudus Foto: Dian Utoro Aji/detikTravel

Hingga pada akhirnya pada tahun 1951, pemerintah kabupaten Jepara membangun monumen ari-ari RA Kartini. Menurutnya ari-ari tersebut masih dirawat dan banyak dikunjungi warga.

"Di sini dibangun pada tahun 1951, sampai saat ini di Mayong. Tempatnya di sebelah kanan Kantor Kecamatan Mayong. Ada beberapa dua lokasi ari-ari dan yang kedua ada simbol bunga teratai. Bunga yang disukai RA Kartini," kata Bang Tigor.

Lebih lanjut, menurutnya di monumen terdapat replika bunga teratai. Bunga itu merupakan lambang dari seorang yang mencintai RA Kartini. Sehingga memberikan penghargaan dengan memberikan bunga teratai.

"Bunga ini adalah pelambangan (perlambang) atau dari orang mencintai beliau, pada waktu adalah pemimpin Kecamatan Mayong, ya memberikan penghargaan dengan memberikan bunga teratai ini," dia menjelaskan.

Monumen Ari-ari RA Kartini di KudusMonumen Ari-ari RA Kartini di Kudus Foto: Dian Utoro Aji/detikTravel

Sedangkan menurut Bang Tigor untuk sumur merupakan peninggalan dari keluarga RA Kartini. Sumur tersebut masih digunakan warga sampai sekarang. Bahkan ada yang percaya warga mengambil sumur untuk kepintaran. Terutama menjelang ujian sekolah.

"Sumur ini kan dari dulu di mana RA Kartini mengambil sumur ini. Hanya sumur ini di belakang rumah Kartini. Sekarang menjadi sumur pengasihan, ini adalah sugesti. Karena Kartini merupakan orang yang cerdas, banyak yang mengambil masyarakat bisa pintar seperti Kartini. Tapi kalau saran saya ya tetap belajar," terangnya.

Diminati pengunjung luar negeri

Bang Tigor menambahkan banyak orang datang ke monumen ari-ari RA Kartini. Biasanya, mereka napak tilas perjuangan RA Kartini dari monumen sampai dengan Museum Kartini.

"Banyak sekali kemarin bulan Mei ada tamu dua orang Suriname ke sini. Tertarik untuk ke sini, seperti napak tilas, jadi banyak ketika ingin singgah (berkunjung) ke sini. Singgah kecamatan selama ini terbuka untuk umum. Saya berharap, bagi pemerintah untuk keamanan, karena lampunya mati. Tamu tidak mungkin kita tarik biaya," kata Bang Tigor.

Terpisah Camat Mayong, Muhammad Subkhan, menambahkan saat Hari Kartini biasanya ada rangkaian acara. Rencananya, besok akan digelar acara tahlil secara sederhana, karena kondisi tengah pandemi.

"Paling ziarah dan berdoa di monumen ari-ari RA Kartini. Karena beliau di sini, catat sejarah yang saya baca kan saat balita, sejak lahir sampai dua tahun. Setelah dua tahun, karena ayah beliau menjadi Bupati Jepara, maka pindah pendapa Kabupaten Jepara," Subkhan menambahkan.


Hide Ads