Fera, Mantan Biksuni yang Jago 'Menidurkan' Orang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Fera, Mantan Biksuni yang Jago 'Menidurkan' Orang

Bonauli - detikTravel
Rabu, 28 Apr 2021 07:41 WIB
Ubud -

Perempuan ini menghidupkan wisata tidur. Bermula dari meng-ghosting pacarnya, dia menjadi biksuni, kemudian jago menidurkan orang.

"Pekerjaan saya kayaknya jadi yang terseksi di dunia, saya "menidurkan" banyak orang," ucap Fera, seorang master wellness yang doyan guyon.

Perempuan asal Blitar ini memang punya pekerjaan yang unik. Dirinya sangat pandai membuat orang cepat tertidur. Yang dimaksud adalah Sacred Nap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kegiatan ini adalah wisata tidur siang dengan dininabobokan oleh Fera. Cuma ada satu di Bali, kamu akan dibuai seperti bayi hingga tertidur pulas dalam pengawasaannya.

Sacred Nap sendiri hanya ada di Four Season Sayan. Tim Road Trip Java-Bali with IONIQ Electric Hyundai mencoba Sacred Nap karena penasaran. Menarik, karena ternyata Fera adalah mantan biksuni.

ADVERTISEMENT

Sacred Nap di Four Season SayanSacred Nap di Four Season Sayan Foto: (Grandy/detikFOTO)

Gagal Tunangan, Menjadi Biksuni

"Waktu itu, umur 25 tahun. Saya bertunangan dengan cowok aku, dia orang Amerika Serikat dan tinggal di Boston," kata Fera.

Tapi, rupanya pertunangan itu tidak membuat Fera bahagia. Fera justru merasa merasa bahwa ini bukanlah tujuan hidupnya.

Dia berupaya keras untuk mencari jawaban atas keresahannya itu. Enggak tahu harus ngapain, Fera memilih untuk menjauh, istilahnya saat ini meng-ghosting, tunangannya itu. Ya, waktu itu istilah ghosting belum populer.

"Kebetulan saat itu di Batu ada retreat meditasi. Saya yang dari kecil Buddha, dicari sebagai translator selama acara," dia menjelaskan.

Sacred Nap di Four Season SayanSacred Nap di Four Season Sayan Foto: (Grandy/detikFOTO)

Di sana dia bertugas sebagai sukarelawan. Tapi Fera dengan cepat merasa bahwa dirinya membutuhkan meditasi tingkat lanjut. Tanpa tedeng aling, ia memutuskan untuk terus ikut grup meditasi tersebut hingga ke Bali.

"Akhirnya, pada tahun 2006 saya mantap untuk jadi biksuni di Myanmar," kata Fera.

Fera memilih Myanmar sebagai tempat untuk menjalani meditasi dan menjadi biksuni karena negara itu menawarkan visa meditasi. Visa itu akan diberikan kepada pelancong yang datang ke Myanmar untuk meditasi.

Langkah untuk meninggalkan kekasih, menuju Bali, dan berlanjut ke Myanmar bukan persoalan mudah. Sebab, biaya hidup Fera sebelumnya ditanggung tunangan.

Fera pun menyadari betul setelah meninggalkan tunangannya semua biaya hidup terhenti. Artinya, dia harus mencari uang sendiri.

"Hanya ada satu barang yang Saya punya, cincin tunangan. Saya jual untuk beli tiket one way dan semua keperluan untuk ke sana," kata Fera dengan suara renyah.

Di Myanmar, Fera menuju kuil Panditarama Forest Centre. Kuil itu memang menjadi tempat meditasi dan penahbisan menjadi biksu di Myanmar.

Setelah menjadi biksuni, Fera merasa harus menuntaskan persoalan dengan mantan tunangannya.

"Setelah setahun jadi biksuni, saya akhirnya mengirimkan surat kepada mantan. Saya jelaskan bahwa saya sekarang sudah menjadi biksuni dan cincin yang diberikan telah saya jual untuk kehidupan ini. Sayang, saya tak pernah mendapatkan balasan, tapi saya yakin dia mengerti," katanya.

Selama jadi biksuni, Fera semakin rutin bermeditasi. Penampilannya jelas berubah total, dia gundul, mengenakan jubah, dan ya meditasi menjadi kesehariannya.

Tangani Keluarga Obama

Dalam prosesnya, Fera tidak dapat melanjutkan menjadi biksuni. Itu bermula dari perceraian orang tuanya.

Dia tidak bisa membiarkan ibunya menghadapi masa sulit itu sendirian. Dia pun pulang kampung ke Blitar untuk mendampingi ibunya.

Fera sekaligus melepaskan predikat biksuni.

"Saya ngajarin orang untuk pelepasan di sana, tapi saya sendiri khawatir dengan ibu saya. Ini pertentangan batin, jadi saya keluar vihara dan bantu ibu tahun 2013," kata Fera.

Pulang dari Myanmar, Fera bekerja di Bali dengan masuk ke dunia perhotelan dan menjadi master wellness. Sacred nap adalah buah dari kerja kerasnya. Ide "menidurkan" orang dewasa seperti bayi menjadikan Fera begitu dicari, khususnya oleh orang bule.

Bahkan, anak-anak Barack Obama pun pernah terlelap dalam sacred nap. Kali itu, Fera yang tegang.

"Begitu melihat bodyguard mereka, Saya sampai harus menenangkan diri dulu. Sempat mikir, apa salah ngomong nanti ditembak ya? Hahaha... Setiap berapa jengkal ada paspamresnya, badannya gede-gede," kata Fera kemudian tertawa.

Tapi akhirnya tugas itu tuntas tanpa cela. Fera bahkan diapresiasi luar biasa oleh anak-anak Obama.

So, apakah traveler tertarik untuk menjajal wisata tidur?


Hide Ads