Pandemi berkepanjangan membuat rutinitas sebagian orang terhenti. Para frequent flyer atau penumpang setia pun harus gigit jari berbulan-bulan hingga membuat makanan pesawat sendiri.
Salah satu yang merasakan kenangan itu adalah Nik Sennhauser. Ia adalah penumpang jarak jauh sejak kecil dan kini sedang tertahan karena pandemi.
"Saya tumbuh besar antara Austria dan Thailand. Jadi saya naik pesawat setiap dua hingga tiga bulan atau lebih," kata Sennhauser seperti diberitakan oleh CNN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jadi, pesawat adalah satu-satunya tempat di mana seorang anak akan makan seluruh makanannya hingga habis tanpa banyak bertanya. Tak perlu ada pemaksaan dari ibu seperti di rumah.
"Di rumah, ibuku harus memaksaku makan, tapi di pesawat aku akan makan apa saja yang diberikan padaku. Aku ingat naik pesawat dan menantikan makanannya," dia menjelaskan.
Keluarga Sennhauser tersebar di seluruh dunia, orang tuanya di Thailand, saudara perempuannya di Amerika Serikat dan Swiss, dan saudara laki-laki di Spanyol. Terbang selalu berarti rumah baginya.
Sennhauser tumbuh sebagai anak laki-laki kecil yang cukup terobsesi dengan makanan pesawat dan menjadi avgeek setelahnya. Ia bekerja sebagai manajer proyek freelance dan manajer media sosial hingga tahun lalu dan selalu terbang karena bebas bekerja dari mana saja.
Pandemi Corona melanda
Sennhauser yang tinggal di Glasgow, Skotlandia dan biasa terbang setiap tiga minggu atau lebih belum pernah naik pesawat sejak kembali dari Jepang pada Februari 2020.
Sayangnya itu adalah penerbangan malam hari. Jadi makanan pesawat terakhirnya adalah makanan bungkusan dan sarapan.
Pandemi telah menghentikan rutinitas juga hobi utamanya. Namun ia menemukan hal baru karena setiap akhir pekan, dia melihat-lihat foto penerbangan sebelumnya dan membuatnya kembali ke momen itu.
Sejauh ini, Sennhauser telah membuat berbagai menu yang pernah dimakan di pesawat, mulai dari tamagoyaki (telur dadar Jepang) hingga spaetzle Austria, dan kari Thailand. Ia menciptakan kembali hidangan dari Lufthansa, Thai Airways, Austrian, dan ANA.
Tetapi yang dilakukannya ini bukan hanya tentang menemukan dan mengikuti resep secara online. Sennhauser juga menyajikan hidangan di atas peralatan masak maskapai penerbangan asli dan menyajikannya sebagai makanan pesawat yang sesuai.
Sennhauser tidak suka memasak, karena tidak punya waktu sebelum pandemi. Tapi, pada minggu ketiga lockdown, ia benar-benar bosan dan akhirnya membuat makanan ala maskapai juga memposting foto ke media sosial.
Dia dengan cepat menemukan komunitas dengan minat yang sama, yakni membuat makanan pesawat. Begitu banyak blog yang menciptakan kembali suasana pengalaman pesawat mereka.
Baca juga: Travel Bubble Pertama Asia Terlaksana! |
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol