Duka Bus Malam Dicegat Sana-Sini, Naiknya COVID-19 di Singapura

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Duka Bus Malam Dicegat Sana-Sini, Naiknya COVID-19 di Singapura

Tim detikcom - detikTravel
Jumat, 07 Mei 2021 09:36 WIB
Bus Premium untuk Kelas Ekonomi dari PO. Siliwangi Antar Nusa (SAN)
Foto: Dok. PO. Siliwangi Antar Nusa (SAN)
Jakarta -

Larangan mudik diterapkan mulai 6-17 Mei 2021. Namun sebelum periode tersebut Perusahaan Otobus (PO) lintas Jawa-Sumatera sudah merasakan penyekatan di mana-mana.

Kebijakan larangan mudik memberikan dampak pada perusahaan otobus, salah satunya PO SAN. Perusahaan terpaksa stop operasi di masa tersebut.

"Kalau ditanya dari segi bisnis saya nggak baik nyebut angka. Tapi ilustrasinya seperti ini," kata Kurnia Lesani Adnan, direktur utama PT. SAN Putra Sejahtera (PO. SAN), beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Angkutan lebaran 2018 itu H-7 dan H+7 saya itu mengangkut 26.000 orang. 2019 angkutan lebaran juga, SAN itu mengangkut 29.000 orang dan pada 2020 nol penumpang karena COVID-19," dia menambahkan.

"Ada penumpang 99 orang, itu angkutan di bulan Maret setelah disebutkan PSBB segala macam itu dan zerolah 2020. 2021 ini akan zero lagi," kata dia lagi.

ADVERTISEMENT

Menurut Sani, larangan mudik membuat pasar berubah. Para pemudik kini mencari alternatif lain untuk bisa pulang ke kampung halaman dengan naik travel gelap.

Kami tunggu satu-dua hari lagi pengumuman dari Kementerian Perhubungan ya. Ini akhirnya PO dibolehkan beroperasi dengan stiker," kata dia.

"Yang diberikan izin itu cuma 20% dari izin total yang dimiliki. Tapi ada permasalahan lagi, market ini sudah geser," dia menegaskan.

"Dengan adanya pengumuman tanggal 6-17 tidak boleh beroperasi. Orang bukan membatalkan perjalanan, dari 10 orang yang membatalkan hanya empat, yang enam mereka cari alternatif, menggunakan angkutan mobil pribadi atau apalah itu," kata dia lagi.

Hal itulah yang menyebabkan PO SAN memutuskan untuk tak beroperasi di masa larangan mudik. Selain akan meraih pendapatan yang berkurang, risiko di jalan juga lebih besar.

"Jadi meski kami beroperasi pun itu tidak akan optimal. Jadi kami lebih memilih setop operasi tidak keluar cost dari pada beroperasi dapat uang nggak seberapa tapi risikonya di jalan akan repot," Sani menjelaskan.

Selain itu, Sani menuturkan, daerah-daerah membaca surat edaran untuk mengakomodir keinginan mereka. Lalu akhirnya terciptalah cegatan yang ujung-ujungnya harus membayar uang.

Berita populer selanjutnya datang dari naiknya angka kasus COVID-19 Singapura. Hal ini menjadi pukulan telak bagi rencana jalinan travel bubble dengan Australia yang telah digodok sejak bulan lalu.

Singapura mengumumkan 60 kasus Corona baru di negara mereka. Jumlah tersebut naik dari minggu sebelumnya yang hanya mencatat 10 kasus saja. Kemudian pada Selasa (4/5) Singapura mencatat 5 kasus tambahan.

Berikut berita terpopuler detik Travel Kamis (6/5/2021) lengkapnya:




(elk/elk)

Hide Ads