Naiknya Kasus COVID Singapura Pukulan Telak Travel Bubble dengan Australia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Naiknya Kasus COVID Singapura Pukulan Telak Travel Bubble dengan Australia

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Kamis, 06 Mei 2021 10:10 WIB
Singapura -

Naiknya angka kasus COVID-19 di Singapura disebut-sebut sebagai pukulan telak bagi rencana negara itu untuk membuka travel bubble dengan Australia.

Harapan Singapura untuk membuka travel bubble bersama dengan Australia bisa saja sirna di depan mata, setelah Singapura mengumumkan ada 60 kasus Corona baru di negara mereka.

Jumlah tersebut naik dari minggu sebelumnya yang cuma 10 kasus saja. Yang terbaru, otoritas kesehatan Singapura mengumumkan tambahan 5 kasus baru yang dilaporkan Selasa (4/5) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semua kasus COVID-19 itu berhubungan dengan cluster Rumah Sakit Tan Tock Seng yang ditemukan Rabu (28/4) pekan lalu. Dari puluhan kasus baru itu, jatuh 1 orang korban meninggal dunia.

Tentu saja hal itu jadi pukulan telak bagi Singapura yang berencana untuk membuka travel bubble dengan Australia. Rencana travel bubble itu sendiri sudah digodok sejak bulan lalu.

ADVERTISEMENT

Deputi Perdana Menteri Australia, Michael McCormack sudah berdiskusi dengan pemerintah Singapura terkait rencana travel bubble itu, meski waktu pasti kapan rencana itu terlaksana belum ditentukan.

Singapura sendiri telah mengumumkan aturan baru terkait pengunjung yang masuk ke negara mereka. Semua traveler yang masuk ke Singapura wajib menjalani karantina selama 3 minggu, kecuali jika mereka datang dari Australia, Brunei Darussalam, China, Selandia Baru, Taiwan Hong Kong dan Macau.

Acara kumpul-kumpul juga dibatasi dari 8 orang jadi maksimal 5 orang saja. Kantor-kantor di Singapura juga diminta membatasi jumlah bekerja, hanya 50% pegawai saja yang boleh masuk ke kantor dari semula 75% dari total karyawan.

Singapura sendiri dijadwalkan membuka perbatasan tanpa karantina dengan Hong Kong pada bulan ini. Namun sepertinya, rencana tersebut masih dievaluasi oleh pemerintahan masing-masing negara.

(wsw/ddn)

Hide Ads