Peta perkembangan perusahaan otobus di Sumatera terbilang ramai. Banyak bermunculan PO baru di sana.
Menurut Kurnia Lesani Adnan, direktur utama PT. SAN Putra Sejahtera (PO. SAN), perkembangan utama PO-PO ada di Sumatera Barat hingga Aceh.
"Saya lihat PO lumayan berkembang terutama di Sumatera Barat, Sumut, Aceh. Di sana banyak PO baru," kata Sani beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sani menyinggung keterkaitan pembangunan tol dengan pertumbuhan perusahaan otobus. Tak hanya itu, harga tiket yang terbilang menggiurkan membuat pengusaha tertarik mendirikan PO.
"Dengan tol Sumatera sampai Palembang, pergerakan semakin cepat. Ini membuat orang tertarik dunia bus karena dilihat cash advance, orang bayar dulu baru berangkat," Sani menjelaskan.
"Uang yang diterima ini kan juga harus di split g bisa langsung ditelan. Ini yang sedang muncul. Ramai di Medan-Banda Aceh, Sumbar ke Jawa," dia menambahkan.
Di tengah perkembangan yang terbilang pesat itu, Sani menginginkan pemerintah hadir mengatur dan mengawasi. Alasannya adalah saat ini banyak travel gelap berlabel pariwisata namun membawa penumpang reguler.
"Kita tak melarang orang berusaha perusahaan otobus baru, tapi kita minta pemerintah hadir di tengah-tengah sebagai moderator. Jangan sebagai euforia," kata Sani.
"Tapi eksodus-eksodus dari pelaku yang di Jawa ini yang namanya pariwisata dan yang nggak jalan eksodus ke Sumatera. Sejak pandemi, setahun belakangan," dia menambahkan.
"Positifnya banyak pilihan. Negatifnya apakah mereka memang berkompetensi di bidang itu? Kalau untuk short time saja bagaimana?" kata dia lagi.
Sani mencontohkan bahwa di kadang kala ada suatu PO yang berbuat ulah. Namun yang menerima imbas semua PO di sana.
"Jadi yang saya kadang-kadang nggak menerima itu, si Badu yang berbuat Pulan, Simun, Sifun kena semuanya," kata Sani.
"Selayaknya penumpang sebelum membeli tiket melihat apakah PO ini memiliki izin resmi atau tidak. Semua itu ada di sistem perizinan online Kementerian Perhubungan," dia menjelaskan.
"Banyak sekarang ini bus yang tidak berizin melakukan praktik reguler. Pariwisata juga begitu, cuma cari murah tanpa melihat legalitas," kata dia lagi.
lebih lanjut, Sani menerangkan kenapa PO yang punya legalitas ini nggak murah tiketnya. Itu semua karena ada faktor konsekuensi.
"Untuk mendapatkan izin perusahaan otobus harus punya pool, tim operasional, maintenance, cash flow, staf. Jadi direct dan in direct-nya itu lebih tinggi punya paket sendiri," kata Sani.
"Kalau yang nggak berizin ini bagaimana perut mereka, per orangan. Itu pesen saya pada masyarakat," Sani menjelaskan.
Berikut trayek dari PO SAN:
1. Bengkulu-Padang Pariaman
2. Bengkulu-Solok-Bukittinggi
3. Bengkulu-Pekanbaru
4. Bengkulu-Krui-Jakarta-Bandung
5. Bengkulu-Lubuk Linggau-Prabumulih-Jakarta-Bandung
6. Bengkulu-Lubuk Linggau-Prabumulih-Jakarta-Bandung-Tasikmalaya-Yogyakarta-Solo-Ponorogo
7. Pasir Pangarayan-Pekanbaru (lintas timur)-Tol Tran Jawa-Solo-Blitar (2400 KM)
8. Pekanbaru-Jakarta-Bandung-Tasikmalaya-Yogyakarta-Solo
9. Siak-Lintas Timur-Jakarta-Bandung-Yogyakarta-Solo-Sragen.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol