Tari Kecak Tetap Eksis Kala Pandemi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tari Kecak Tetap Eksis Kala Pandemi

Dana Aditiasari - detikTravel
Senin, 31 Mei 2021 12:56 WIB
tari kecak masih eksis saat pandemi
Tari kecak tetap bsia dinikmati saat pandemi. (Dana Aditiasari/detikcom)
Badung -

Kontraksi atau penurunan ekonomi yang dialami Bali boleh dibilang jauh lebih dalam ketimbang provinsi lain. Meski ekonominya babak belur, wisatawan tetap bisa menikmati indahnya pulau dewata ini, termasuk tari kecak.

Ya, tari kecak yang begitu tersohor masih bisa dinikmati wisatawan saat pandemi virus Corona. Mendarat di Bali bersama rombongan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), detikcom berkesempatan mendatangi Pura Uluwatu, salah satu pusat budaya di Bali yang menyajikan gelaran tari kecak.

Lokasinya berada di desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Sekitar 21,5 km dari Bandara Internasional Ngurah Rai yang bisa ditempuh sekitar 30-40 menit berkendara. Lalulintas saat ini yang terpantau lenggang membuat perjalanan begitu menyenangkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tiba di kawasan Pura Uluwatu, pengunjung langsung disambut pos penjagaan untuk membayar parkir sebesar Rp 1.000 untuk sepeda motor dan Rp 5.000 untuk mobil.

Untuk masuk ke area pura, pengunjung cukup membayar tiket masuk Rp 35.000/orang dewasa atau Rp 20.000/orang untuk anak-anak. Dengan kocek segitu, pengunjung sudah bisa menikmati indahnya Pura Uluwatu dengan bangunan khas budaya Bali diselimuti dengan tumbuhan hijau yang berpadu sempurna di puncak tebing.

ADVERTISEMENT
tari kecak masih eksis saat pandemiTari kecak bisa menjadi pilihan di akhir pekan buat mereka yang work from Bali. Foto: Dana Aditiasari/detikcom

"Perhatian kepada para pengunjung agar berhati-hati dan awasi kaca mata, perhiasan dan pernak pernik anda dari jangkauan monyet-monyet. Bila ada barang anda yang diambil monyet-monyet, segera hubungi petugas," bunyi pengumuman di pengeras suara.

Benar saja, kawasan pura yang diselimuti rimbunnya pepohonan memang menjadi habitat alami monyet-monyet yang dibiarkan liar di kawasan tersebut.

Setelah puas berkeliling, pengunjung bisa menikmati tari kecak di sore hari. Gelaran tari kecak dimulai pukul 17.55 waktu setempat. Tapi, loket sudah mulai dibuka pada pukul 17.00 waktu setempat.

Untuk menikmati pertunjukan tari tradisional ini, pengunjung harus membayar tiket masuk Rp 150.000/orang. Tak bawa uang tunai? Tenang, panitia penyelenggara menyediakan beragam cara bayar dari mulai transfer via m-banking hingga lewat aplikasi jual tiket online. Bahkan, sejumlah aplikasi tiket dan perjalanan memberikan potongan harga dengan harga tiket Rp 140.000/orang.

Gelaran tari kecak di masa pandemi seperti saat ini bisa dikatakan sebagai kesempatan langka yang sayang bila dilewatkan. Sempat total ditutup penyelenggaraannya imbas pandemi, sejak 3 bulan terakhir ini gelaran tari kecak di Pura Uluwatu kembali dipentaskan. Itupun tidak setiap hari.

Bagi pengunjung yang mengkhususkan datang ke pulau dewata demi menyaksikan tari kecak, pastikan datang di waktu yang tepat. Karena, gelaran tari kecak di Pura Uluwatu hanya dipentaskan pada hari Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu.

tari kecak masih eksis saat pandemiGelaran tari kecak di Pura Uluwatu hanya dipentaskan pada hari Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu. Foto: Dana Aditiasari/detikcom

Protokol kesehatan juga diterapkan cukup ketat oleh panitia. Dari mulai pengukuran suhu tubuh, mewajibkan para pengunjung mencuci tangan dan memakai masker. Para penari pun juga diwajibkan menjalankan protokol kesehatan ketat.

Jumlah penari yang sedianya berjumlah 70 orang, dikurangi separuh demi memenuhi kriteria physical distancing. Para penari yang tak menggunakan topeng juga diwajibkan menggunakan masker atau pelindung wajah selama gelaran berlangsung. Meski demikian, kondisi ini tak mengurangi keseruan menonton tari kecak.

Daya tarik tari kecak terletak pada latar suara yang menyertai para penari. Bukan dari alat musik, melainkan dari lantunan suara dari para penari itu sendiri yang dinyanyikan secara bersahutan.

"Cak, cak, cak... Pong, pong, pong..."

Lantunan yang diserukan para penari menirukan suara gamelan sehingga terdengar irama yang indah walau tanpa alat musik.

Sejatinya, tari kecak merupakan tari sakral "Sang Hyang" dimana para penari menjadi media roh leluhur leluhur atau dewa untuk menyampaikan sabdanya kepada manusia. Baru pada tahun 1930-an, mulailah disisipkan cerita epos Ramayana. Hingga kini, sebagian besar tari Kecak di Bali mengambil tema cerita Ramayana.

Tertarik? Yuk Work From Bali dan sisipkan tari kecak dalam jadwal perjalanan selama di pulau dewata ya.




(fem/fem)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Work From Bali
Work From Bali
22 Konten
Pemerintah berencana untuk membuat skema 25 persen ASN bekerja di Bali atau Work From Bali. Efisienkah langkah ini membantu wisata Bali?
Artikel Selanjutnya
Hide Ads