Gunung Everest kembali dibuka untuk pendaki Internasional. Pendaki yang tadinya bahagia, kini merana karena tak bisa keluar dari Nepal.
Gunung Everest sempat terjamah oleh pendaki internasional. Ada sekitar 408 pendaki asing telah diizinkan untuk mendaki Everest musim ini. Mereka dikawal ratusan pendaki sherpa yang telah ditugaskan membantu di tenda Everest Base Camp sejak April lalu.
Namun sayang, ternyata sejumlah pemandu menunjukkan hasil positif setelah di tes Covid-19. Gunung Everest pun dinyatakan terinfeksi dengan Corona dan pendaki diminta untuk turun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah turun dari Gunung Everest, pendaki masih harus berjuang. Karena, Nepal membatasi penerbangan internasional guna menahan lonjakan kasus Covid-19, seperti yang dilansir dari Reuters.
Sebagian besar penerbangan internasional ditutup hingga Juni. Himalaya diduga mengalami gelombang kedua virus Corona. Apalagi letak Himalaya berada di antara China dan India.
Nepal mengeluarkan 742 izin dan 498 di antaranya diberikan pada pendaki yang ingin mencapai puncak tertinggi dunia pada bulan April-Mei. Kini ratusan pendaki turun gunung di awal musim hujan tahunan.
Tashi Lakpa Sherpa, seorang pejabat senior di perusahaan swasta Seven Summit Treks yang berbasis di Kathmandu mengatakan bahwa pendaki kini kesulitan utnuk pulang. Hanya ada lima penerbangan mingguan ke India, Qatar dan Turki yang masih beroperasi.
"Situasi dapat memburuk karena lebih banyak pendaki yang mengakhiri ekspedisi mereka dan kembali ke Kathmandu dalam beberapa hari ke depan," kata dia.
Andres Hughes, salah seorang pendaki dari Amerika Serikat terlantar selama sebulan. Dia harus membayar mahal penerbangan carteran dari Qatar karena terbatasnya penerbangan reguler.
"Kami menemukan diri kami dalam situasi di mana tidak ada transparansi atau alasan untuk larangan penerbangan keluar bagi warga negra asing," ujar Hughes.
Tak hanya Hughes, pendaki asal Meksiko Viridiana Alvares, juga terlunta-lunta di Nepal selama hampir 3 minggu setelah mendaki Annapurna, puncak tertinggi kesepuluh di dunia.
"Tidak ada alasan untuk berasa di sini karena tidak ada pendakian, sedikit membosankan," kata Alvarez.
Sementara itu pemerintah Nepal membela keputusannya untuk membatasi penerbangan internasional dalam upaya memutus penyebaran Corona.
"Dari pada tak ada penerbangan sama sekali, saya pikir sudah cukup dengan adanya pesawat carteran. Jika diperlukan kami akan mengizinkan lebih banyak penerbangan carteran," ujar Raj Kumar Chettri, juru bicara Otoritas Penerbangan Sipil Nepal (CAAN).
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol