Danau Buatan
Setelah proses pembersihan lahan, perlahan namun pasti, Abdul Halim bersama warga mulai melakukan pembangunan dengan membuat danau buatan di bekas celukan tambang. Danau tersebut dibuatkan jembatan untuk para wisatawan berswafoto ketika melintas di lokasi tersebut.
"Kita memulai meletakkan batu pertama yang bikin danau, lalu Januari 2019 mulai membangun. Kemudian saya launching tanggal 1 Januari 2020," ungkap Abdul Halim.
Namun, baru buka selama tiga bulan. Mereka dihadapkan pada pandemi COVID-19. Setelah tiga bulan tutup. Mereka kembali buka setelah PSBB selesai dengan konsep wisata tangguh dengan menjalankan protokol kesehatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah PSBB kita buka dan alhamdulillah hasilnya luar biasa dan selama satu tahun memperoleh omset Rp 5,2 miliar, itu perjalanan setahun dipotong 3 bulan libur," ungkap Halim.
Dengan dibukanya wisata itu, Halim menceritakan kini, bisa menyerap tenaga kerja asli dari Desa Sekapuk, lebih dari 60 karyawan. Selain itu, setiap RT juga dilibatkan didalam wisata yang dikelola BUMDes itu.
![]() |
Mereka dilibatkan di wisata kuliner oleh 20 RT yang dilibatkan. Tidak hanya itu karang taruna juga dilibatkan untuk ikut mengelola wisata di desa itu.
Abdul Halim juga menceritakan saat pertama kali menjabat sebagai Kepala Desa Sekapuk pada tahun 2017 pendapatan asli desa (PAD) hanya sekitar Rp 180 juta yang berasal dari sektor tambang, pengolahan air masyarakat (PAM) Unit Kebersihan Desa, Unit Sarana dan Prasarana olah raga. Dan saat itu Desa Sekapuk masih masuk kategori desa tertinggal.
Setelah menjabat pada tahun 2018, PAD Desa Sekapuk perlahan meningkat menjadi Rp 500 juta. Kemudian pada tahun 2019 adanya tambahan dari sektor wisata neraca pendapatan keuangan Desa Sekapuk meningkat menjadi Rp 929 juta.
"Kemudian dia tahun ketiga 1,6 miliar, yang viral kemarin itu Rp 1,6 miliar, tapi terealisasi Rp 2,49 miliar jadi surplus, jadi saya menargetkan akan bisa seperti ini dan mendapatkan penghasilan seperti ini tapi faktanya malah melebihi target saya. Nah itulah kemurahan dari Yang Maha Kuasa, karena kita menjalankan sebuah kerukunan dan niat baik ingin berbuat manfaat lahan tidur tadi," ungkap Abdul Halim.
Kunci dari berkembangnya Desa Sekapuk membangun wisata ialah ada andil warga sekitar. Abdul Halim menawarkan konsep saham, jika warga bisa menjadi investor bersama.
"Ya itu karena kita ingin berkembang kalau kita mau berpikir dan cari solusi maka akan ada sebuah berkah. Bicara tabungan investor yang berkembang di masyarakat itu benar. Karena saat itu pemerintah desa mau minta tolong ke siapa aku ke pemerintah daerah (Gresik) mungkin sibuk karena di Gresik itu 330 Desa, mau ke pemprov apalagi karena jawa timur itu luas," ungkap Abdul Halim.
Halim pun tidak diam diri, mereka sadar desanya masih tertinggal mereka pun bangkit dan mengajak warganya mau menjadi investor dan membangun desa wisata dan kini menjadi miliarder.
"Berkat dari tahu diri itulah kita memahami pemerintah tidak akan membantu kita kalau kita tidak merubah," ungkap Halim.
"Akhirnya ambil gagasan, ambil solusi ketika masyarakat mempunyai penghasilan, meskipun tidak banyak tetapi mereka mampu menabung melalui putra-putrinya yang bersekolah sebesar Rp 15 ribu, saat itu kita patok angka 8 ribu, mengajari anaknya menabung," ujar Halim.
"Tapi sisanya itu ditabung sebagai investor, 8 ribu x 25 hari sama dengan Rp 200 ribu, kemudian setahun jumlah RP 2,4 juta. Itu adalah nilai surat saham yang ditentukan pemerintah desa di wisata ini, dari mereka yang mau menabung itu terbangunlah Danau Jamrud, Jembatan Peradaban serta semua yang ada di sini," tandas Abdul Halim.
Simak Video "Video Penangkapan Pemerkosa Siswi di Gubuk Gresik"
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!