Nyepur atau berkereta api dan gowes dengan sepeda lipat (seli) kali ini menuju Banyuwangi. Mencicipi sepiring penuh rujak soto Losari, Iya, rujak soto, bukan rujak dan soto.
Terletak di ujung timur Pulau Jawa, Banyuwangi menjadi perlintasan terbuka aneka budaya. Sikap ramah dan terbuka menjadi karakter khas masyarakat Bumi Blambangan ini, menjelma dalam kepiawaian memadupadankan dua hal yang berbeda menjadi sesuatu yang sama sekali baru. Itu tercermin pada sajian makanan di atas pinggan mereka.
Sepiring rujak soto adalah salah satu contohnya. Makanan khas daerah bertagline Sunrise of Java ini merupakan perpaduan antara rujak cingur sayur-mayur dengan soto sapi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aroma wangi rempah kuah soto bertaut mesra dengan bumbu kacang dalam baluran petis rujak. Sementara itu, isian soto berupa daging, kikil, jerohan seperti babat, paru dan hati berpagut dengan kangkung, bayam, taoge serta potongan tahu-tempe penyusun rujak.
Unik dan tentu saja, tetap enak!!!
![]() |
Banyak penjaja makanan ini di seantero Banyuwangi, dari kelas warung sederhana hingga rumah makan alias restoran. Salah- satunya adalah Warung Losari di Jalan Progo Banyuwangi yang saya kunjungi pada suatu siang di pengujung tahun silam.
Tak hanya rujak soto, warung pada sebuah jalan sempit di belakang Masjid Agung Banyuwangi ini juga menyediakan berbagai makanan lain. Kolak pisang bertabur nangka dan kolang-kaling layak dipujikan. Berkuah putih lantaran menggunakan gula pasir bukan gula merah mengingatkanku pada kolak bikinan almarhumah ibu.
![]() |
Banyuwangi bisa dijangkau dengan perjalanan langsung Kereta Api (KA)Probowangi dari Stasiun Gubeng Surabaya, KA Tawang Alun dari Malang dan KA Sri Tanjung dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta serta KA Wijayakusuma dari Cilacap.
Pilihan lain adalah transit di Jember menumpang KA Ranggajati dari Cirebon, kemudian pindah kereta lokal KA Pandanwangi.
![]() |
Selain jelajah kuliner, Banyuwangi menawarkan banyak pilihan obyek wisata. Bisa turun di Stasiun Banyuwangi Kota, bila hendak gowes tanjakan tipis-tipis ke Desa Adat Osing Kemiren.
Tapi bila bertujuan melancong ke Bali, ikutlah sampai pemberhentian terakhir kereta di Stasiun Ketapang, tak jauh dari pelabuhan penyeberangan.
====
Penulis Dwi Ari Setyadi adalah pehobi foto, gowes, dan berkereta api. Artikel diedit seperlunya oleh redaksi.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol