Cerita di Balik Pembangunan Tol Cipali yang Dulu Jadi Kontroversi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cerita di Balik Pembangunan Tol Cipali yang Dulu Jadi Kontroversi

Elmy Tasya Khairally - detikTravel
Selasa, 29 Jun 2021 08:42 WIB
Gerbang Tol Palimanan (Cipali)
Foto: Gerbang tol Palimanan (Rina Atriana/detikcom)
Jakarta -

Pembangunan tol Cipali (Cikopo-Palimanan) membutuhkan waktu yang tak sebentar. Banyak hal baik dan buruk yang terjadi selama proyek tersebut dikerjakan, apa saja?

Tol Cipali sepanjang 116 km menghubungkan daerah Cikopo, Purwakarta dengan Palimanan, Cirebon, Jawa Barat dan kini menjadi tol terpanjang ketiga di Tanah Air. Operator tol ini adalah PT Lintas Marga Sedaya (LMS) dan mulai beroperasi pada Juni 2015.

Tentang ini itu Tol Cipali dituangkan buku 'Cipali Trans-Jawa dan Tol Enam Presiden dengan Sembilan Rahasianya'. Buku tersebut diluncurkan pada Senin (28/6/2021) dalam webonar bersama Menparekraf Sandiaga Uno.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu penulis buku 'Cipali Trans-Jawa dan Tol Enam Presiden dengan Sembilan Rahasianya' Stefanus Ginting menuturkan cerita di balik pembangunan Tol Cipali.

"Satu hal yang penting yang menjadi semangat Pak Sandi (Menparekraf Sandiaga Uno, yang juga pemilik PT LMS) dengan saya adalah fakta bahwa setiap tahun pada saat musim mudik lebaran tiba, kita mencatat bukan 10 bukan 20 bukan 100 tapi ratusan orang kehilangan nyawa akibat arus mudik dan celaka di jalan," kata Stefanus yang juga pernah menjadi direktur PT Lintas Marga Sedaya.

ADVERTISEMENT

Sebelum adanya jalan tol yang tersambung, pengendara harus melalui pantura dan sebagainya kemudian juga jalan-jalan tikus. Di sana kerap terjadi kecelakaan, terutama kendaraan roda dua.

"Jadi pada waktu itu saya dengan pak Sandi diskusi mengatakan bagaimana harus kita setop ini, keterlaluan kalau sampai Indonesia punya rekor yang tidak perlu bencana alam tetapi setiap tahunnya kematian itu naik terus," kata Stefanus.

"Jadi kita melihat selain tentunya multiplayer effect dari pada proyek itu tentu sangat penting," dia menambahkan.

Saat pembangunan tol terlaksana, bukan berarti segalanya mulus. Kritikan dan saran dari masyarakat dan ahli kerap muncul melalui media.

"Peranan media walaupun pada tahun-tahun itu belum seviral seperti sekarang ini, ya melalui sosmed segala macem tapi peranan media penting sekali," kata Stefanus.

"Karena kredibilitas proyek itu diuji sekali melalui berita-berita yang muncul di publik," dia menjelaskan.

Stefanus mengungkapkan dia tidak mendapatkan kepercayaan. Sebabnya, dia dinilai tidak mempunyai uang hingga pengalaman, sehingga ini menjadi tantangan yang berat.

Penunjukan PT Lintas Marga Sedaya, perusahaan milik Sandiaga Uno, sebagai konsesi dan operator jalan tol Cipali waktu itu memang menuai kontroversi.

Setelah penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol pada 21 Juli 2006, PT LMS belum menyetor performance bond atau jaminan pelaksanaan. Seharusnya, itu dibayarkan dua pekan usai tanda tangan.

Selain itu, Lintas Marga belum membayar rekening tanah dan mendapatkan kredit pembiayaan dari bank. Mestinya rekening tanah harus dibuka paling lambat 4 Agustus 2006, sedangkan kredit pembiayaan harus di tangan terakhir 21 Januari 2007.

Tapi, tekanan itu bisa dilewatinya. Stefanus bersyukur tol itu rampung dan bisa digunakan oleh publik.

"Peranan kedua yang tentu tidak terpisahkan adalah pemerintah, dalam hal ini departemen PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), komunikasi dengan PUPR sangat baik dan itu salah satu fungsi keberhasilan proyek, karena sama sama kita memecahkan berbagai masalah," ujar Stefanus.




(elk/fem)

Hide Ads