Selepas PPKM, Coba Keliling Desa Pakai Ontel di Suguhan Jamu, Bantul

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Selepas PPKM, Coba Keliling Desa Pakai Ontel di Suguhan Jamu, Bantul

Erika Dyah - detikTravel
Minggu, 25 Jul 2021 10:10 WIB
Wisata di Bantul
Foto: Pemkab Bantul
Bantul -

Keputusan pemerintah yang akan melonggarkan PPKM saat angka sebaran COVID-19 turun membuka harapan baru bagi pelaku wisata. Salah satunya Desa Wisata (DW) Jamu Kiringan di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang bisa menjadi tujuan wisata alternatif selepas PPKM.

Desa Wisata yang terkenal sebagai sentra industri jamu tradisional ini terletak di Kapanewon, Jetis, Bantul. Saat berkunjung ke DW Kiringan, Anda akan disambut dengan hamparan persawahan yang hijau di kanan-kiri jalan.

Di jalan masuk desa ini, wisatawan juga bisa menemukan 'cafe' terbuka yang menyuguhkan sajian jamu tradisional sekaligus spot foto dengan latar persawahan. Selain itu, wisatawan juga bisa bertemu dengan ibu-ibu yang berjajar menjajakan jamu di dekat jembatan kampung, terutama di akhir pekan. Jalur ini dikenal sebagai salah satu lokasi yang biasa dilewati para 'Goweser'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak perlu bingung mencari lokasi desa ini sebab ada penanda sentra wisata jamu Kiringan yang bisa ditemui sesampainya di sudut desa. Penanda ini berupa sebuah patung perempuan bercaping menggendong bakul.

"Kami memang menjadikan jamu gendong sebagai daya tarik wisata utama. Jadi suguhan pertama kepada wisatawan yang datang, ya pasti jamu. Istilahnya welcome drink gitu lah," kata Ketua DW Jamu Kiringan, Sutrisno dalam keterangan tertulis, Minggu (25/7/2021).

ADVERTISEMENT

Sutrisno mengungkap pengelola desa wisata akan memberi penjelasan tentang sejarah kampung jamu Kiringan dan keragaman aktivitas wisata untuk menyambut para wisatawan. Untuk berwisata di tempat ini, wisatawan akan dikenakan harga Rp 50.000 per orang. Satu paket wisata dengan banderol harga tersebut sudah termasuk pinjaman sepeda ontel hingga praktik pembuatan jamu, lho!

Sutrisno menjelaskan sepeda ontel merupakan fasilitas yang diberikan pihaknya pada wisatawan untuk berkeliling kampung menikmati suasana pedesaan dan persawahan. Dalam paket wisata ini, wisatawan juga bakal diajak ke kebun untuk melihat budi daya tanaman toga (bahan pembuat jamu).

Wisata di Bantul Foto: Pemkab Bantul

Di kebun ini, lanjutnya, wisatawan akan menerima penjelasan soal khasiat masing-masing tanaman. Selain itu, ada pula praktik budi daya tanaman toga seperti jahe, kunyit, temulawak dan lainnya yang bisa didapatkan para wisatawan.

Saat berkeliling kampung, wisatawan juga akan diajak melihat langsung aktivitas pembuatan jamu tradisional di rumah-rumah warga. Usai menjelajahi area perkampungan, Sutrisno menyampaikan para wisatawan akan dipandu dalam praktik pembuatan jamu. Mulai dari proses memilih bahan, mengupas dan menggiling rempah dengan Pipisan (batu landasan) dan Gandik (batu penggiling), memeras, hingga mencicipi jamu buatan sendiri.

"Dulu sebelum pandemi justru banyak wisatawan dari mancanegara seperti Jepang dan Belanda. Ada juga rombongan-rombongan pelajar luar daerah. Usai PPKM ini kami siap menerima wisatawan tentu dengan protokol kesehatan. Untuk itu kita sudah siapkan sarana cuci tangan di beberapa titik," ungkapnya.

Selanjutnya: Populer karena jamu

Menurutnya, masyarakat di kampung ini pada awalnya hanya sebatas memproduksi jamu gendong sebagai mewarisi budaya herbal nenek moyang. Namun seiring waktu, para pembuat jamu mulai berinovasi mengikuti perkembangan zaman.

Sutrisno mengatakan jamu yang dihasilkan dari Desa Wisata Jamu Kiringan kini semakin beragam, mulai jamu dalam bentuk sirup, kemasan instan siap seduh, jamu serbuk, hingga jamu dalam bentuk kapsul. Bahkan, ada pula produk kekinian yang menurutnya bisa membuat jamu lebih dekat ke kalangan milenial yakni berupa permen jamu, es krim jamu, dan wedang jossja.

Ia menjelaskan wedang jossja merupakan produk jamu instan dengan tambahan krimer untuk membuat jamu terasa seperti minuman segar. Sutrisno pun menambahkan beragam produk jamu ini bisa menjadi oleh-oleh bagi para wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Jamu Kiringan.

Selain itu, Sutrisno menyampaikan wisatawan juga bisa bermalam di Kampung Jamu Kiringan sebab terdapat sejumlah homestay yang ditawarkan dengan tarif terjangkau. Wisatawan bisa langsung menghubungi pemandu untuk diarahkan ke sejumlah homestay yang dikelola warga.

Rute ke Desa Wisata Jamu Kiringan

Kampung Jamu Kiringan berjarak sekitar 17 km dari pusat kota Yogyakarta. Lokasi ini bisa ditempuh melalui jalan Parangtritis ke selatan, hingga sampai di perempatan Bakulan. Dari sini, wisatawan bisa berbelok ke kiri sekitar 1,5 km untuk kemudian tiba di perempatan.

Di perempatan tersebut, akan terdapat papan panduan menuju Kampung Jamu Kiringan yang mengarah ke kanan. Dari tempat ini, lokasi desa wisata bisa ditempuh sekitar 5 kilometer atau kurang lebih 15 menit perjalanan kendaraan roda 4.

"Bagi wisatawan yang mau berkunjung ke Bantul pasca PPKM nanti, bisa mengunduh aplikasi JELAJAH BANTUL di Playstore. Tapi, pastikan wisatawan tetap menjaga protokol kesehatan dengan menjalani 5M," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, Kwintarto Heru Prabowo.

Kwintarto pun mengimbau para wisatawan untuk dapat mengunduh aplikasi QUAT guna meminimalisir kontak. Ia menyebutkan aplikasi ini menjadi sarana pembayaran non tunai yang bisa dimanfaatkan wisatawan. Sementara untuk reservasi kedatangan, wisatawan juga bisa mengunduh aplikasi Visitingjogja di Playstore dan mengaksesnya secara online.


Hide Ads