Driskell hanyalah salah satu contoh orang asing yang secara terbuka mencemooh langkah-langkah Covid-19 atau antivaksin saat tinggal di Bali selama pandemi.
Setidaknya 78 turis dideportasi dari Bali pada paruh pertama tahun 2021, beberapa karena melanggar pembatasan COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siska Natalia, koordinator program di JED, jaringan ekowisata di Bali, mengatakan bule-bule bandel di Bali memang tidak sedikit. Mereka tinggal di Bali dengan seolah-olah sedang tidak berada dalam situasi pandemi. Itu menjadi cerita lanjutan banyak nomaden digital dan influencer yang kurang menghormati penduduk lokal dan menuntut harga rendah.
"Jika saya berbicara dengan teman-teman saya yang bekerja di hotel atau di restoran, mereka mengatakan mereka ingin memiliki pengunjung yang datang mungkin 20 atau 30 tahun yang lalu karena mereka berpikir bahwa mereka mungkin lebih berpendidikan dan lebih menghormati orang," kata Siska.
"Mereka lebih sopan dan tidak pelit, mereka memberi tip. Tapi dengan pengunjung yang mereka miliki sekarang, itu benar-benar berbeda. Orang-orang hidup seperti tidak ada pandemi sama sekali," dia menambahkan.
Seorang guru Bahasa Indonesia di Cangu, Daniel Prasetyo, juga memiliki kesaksian serupa.
"Orang hidup seolah-olah tidak ada pandemi sama sekali," kata Daniel.
Daniel, yang mengajar bahasa Indonesia buat bule-bule dari AS, Prancis, Brasil, dan negara lain, mengatakan beberapa kliennya ngotot untuk mengadakan kursus tatap muka di vila mereka.
"Ketika saya bilang kalau saya lebih suka kelas online, mereka mulai menjelaskan kepada saya kalau pandemi itu sebuah kebohongan, sebuah konspirasi global yang melibatkan Bill Gates dan 5G," kata Daniel.
Stuart McDonald, seorang penulis Australia yang tinggal di Bali selama 13 tahun dan menjalankan travel guide Travelfish, dan tinggal di dekat Canggu, menggambarkan daerah itu sebagai "salah satu pusat orang asing yang mengabaikan masker."
McDonald juga mendengar pengalaman teman-temannya yang tidak sekali atau dua kali mendengar pernyataan bule-bule lain yang tinggal di Ubud mendiskusikan tentang penggunaan sertifikat vaksinasi palsu.
"Ada barisan antivaksin yang kokoh dari bule-bule di sini, baik yang tinggal di Canggu atau Ubud atau di mana pun di Bali," kata McDonald.
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!