Hendra Wijaya (55) berhasil mencapai garis finis Silk Road Mountain Race 2021 di Kirgizstan. Hendra bilang view sepanjang perjalanan amat menawan, namun jalurnya gila. Berani mewakili Indonesia berikutnya?
Silk Road Mountain Race merupakan adu balap sepeda gravel terbuka, siapapun boleh ikut. Namun, bukan berarti tidak ada kualifikasi.
Faktanya, Hendra tidak memiliki pengalaman bersepeda ekstrem di lokasi ekstrem, apalagi seperti Silk Road Mountain Race. Ya, balapan ini menyuguhkan ketinggian ekstrem, medan tidak biasa, cuaca dingin, dan dilakukan dalam tempo cukup panjang 14 hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hendra juga sempat sama sekali tidak bersepeda, bahkan untuk bersepeda santai sekalipun, selama tiga tahun terakhir. Tangannya cedera.
"Saat saya harus menanyakan pendaftaran, panitia langsung merespons dengan memberikan formulir lima sampai tujuh halaman. isinya pertanyaan pengalaman-pengalaman peserta. Tampaknya, dari situ panpel bisa mengira-ira apakah kita memenuhi kualifikasi atau tidak," kata Hendra dalam perbincangan dengan detikTravel.
Kendati tidak memiliki pengalaman bersepeda di gravel di medan ekstrem, namun Hendra adalah pelari ultra trail yang tangguh.
Dia berpengalaman berlari di medan ekstrem yang bisa jadi merupakan jalur kematian, di antaranya Gunung Himalaya Great Himalaya Race, Kutub Utara Denali, juga Ultra Trail Mont Blanc, serta Southern Force, dan Transpyrenea di Prancis. Komplet, dari medan bersalju, panas di gurun, ataupun dalam durasi yang panjang.
Ya, dia bukan berlari dengan jarak maraton, namun bisa mencapai ribuan kilometer dalam tempo 40-45 hari. Hendra berlari di suhu udara yang bukan tropis, bisa minus 70 derajat celcius atau mencapai 40 derajat celcius.
Singkat cerita, Hendra dinyatakan lolos untuk tampil di balapan yang dihelat 13 sampai 28 Agustus 2021 sepanjang 1.800 km dengan ketinggian bervariasi, bisa sampai 3.700 mdpl. Start dimulai dari Talas di Kirgizstan barat dan finis di Balykchy.
"Panpelnya bilang saya layak untuk ikut race itu sebulan sejak saya mendaftar," ujar Hendra.
Terpukau View Pegunungan dan Jalanan Kirgizstan
"Sesampainya di Kirgizstan, saya melihat view-nya benar-benar hebat. Pegunungannya berlapis-lapis, tetapi semua terhubung dengan jalan yang bisa dilalui kendaraan, tidak terputus," ujar Hendra.
Kirgizstan juga memiliki sejarah sip. Jalanan di Kirgizstan merupakan jalur sutera yang sohor di masa Dinasti Han pada 206 hingga 2020 Masehi yang menghubungkan Asia dengan Eropa. Jalur sutera ini masuk daftar situs warisan dunia UNESCO sejak 2014.
Dalam race ini terdapat empat check point dan 20 resupply atau tempat mengisi bekal. "Jangan dibayangkan tempat resupply (tempat belanja makanan) jaraknya berdekatan. Sepanjang jalan jarang ada warung makan dan perkampungan," ujar Hendra.
Resupply itu lebih sering merupakan tenda penggembala. Bahkan, hotel dan penginapan tidak selalu ada di tiap titik perlombaan. So, para peserta pun harus berbekal tenda dan peralatan tidur, seperti sleeping bag dan jaket, agar bisa tetap beristirahat dengan nyaman. Soalnya suhu udara bisa minus di beberapa lokasi.
Namun, dengan batas waktu 14 hari, Hendra bilang, peserta paling lama tidur tiga hingga lima jam. Sebabnya, sering kali medan yang dilalui berupa pegunungan dan akan lebih aman jika bermalam di lembahan. Bahkan, tidak sekali dua kali, jalur memiliki gradien 70 persen. Ketinggian paling ekstrem adalah di Gunung Tian Shan.
Selain itu, dia mengantisipasi agar tidak kemalaman di jalan. Sebabnya, kerap kali rute yang dilalui sangat sempit.
"Bahkan, kaki dan roda sepeda berebut untuk dapat jalan. Ini yang tidak memungkinkan untuk tetap bersepeda di malam hari. terlalu berbahaya," kata dia.
"Belum lagi kalau hujan es, bukan salju yang lembut, namun es sebesar kacang sukro. Tetapi, mengingat batas waktu balapan, kami harus tetap gowes," ujar Hendra.
Halaman berikutnya >>> Hendra Gowes Lambat namun Konsisten
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol