Pandemi virus Corona berdampak kepada pengelola rafting di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sampai-sampai perahu yang tidak pernah dipakai rusak akibat dimakan tikus.
Dampak itu dirasakan oleh Elo Rivers Rafting. Operator itu mengoperasikan perahu buat wisatawan yang ingin menikmati arung jeram di Sungai Elo.
Sungai Elo menjadi salah satu lokasi rafting favorit bagi pemula maupun keluarga. Terlebih lagi, lokasi rafting di Sungai Elo tidak jauh dari Candi Borobudur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami selaku pengelola rafting terutama di wisata sangat-sangat merasakan (dampak wabahCovid-19). Kalau bahasa parahnya bisa sangat-sangat terpukul karena selama dua tahun sama sekali tidak bisa operasional," kata General Manager Elo Rivers, Agus Frihanto kepada wartawan saat ditemui di rumahnya Desa Progowati, Kabupaten Magelang, Selasa (7/9/2021).
"Jadi, otomatis semua perlengkapan, pemeliharaan akan terbengkalai karena sama sekali tidak ada pendapatan," Agus menambahkan.
Agus bilang alokasi untuk perawatan perlengkapan harus dialihkan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akibatnya sangat fatal. Sebanyak tiga perahu rusak.
"Di awal tiga bulan pertama, kami berharap pandemi akan selesai, tetapi ternyata berlanjut sampai detik ini kami belum bisa operasional. Di bulan keempat (awal pandemi), kami sudah mengalami penyusutan perahu sebanyak tiga perahu yang dimakan tikus," ujar Agus.
![]() |
Saat diketahui ada tiga unit perahu yang dimakan tikus, manajemen tidak bisa langsung memperbaiki. Sebabnya, biaya perbaikan sangat mahal.
"Satu unit perahu bisa menelan biaya perbaikan Rp 6 juta, minimal Rp 4 juta. Itu baru perahu, belum termasuk pelampung yang selama tidak dipakai bentuknya akan berubah menjadi kaku, kemudian daya apungnya juga akan berkurang. Kemudian, secara estetika juga kalau orang Jawa bilang tayumen (jamuran)," ujarnya.
Agus menuturkan, Elo Rivers memiliki 42 unit perahu. dengan jumlah perahu itu, Elo Rivers boleh dibilang merupakan oeprator rafting dengan koleksi perahu paling banyak.
Kini, total 14 perahu untuk arung jeram mengalami kerusakan.
"Dengan 42 unit perahu yang kami miliki, selama dua tahun ini yang rusak terlihat tadi 10, kemudian terdeteksi awal tahun ini ada satu perahu lagi rusak. Jadi, jadi 11 perahu yang rusak. Kemudian yang di basecamp Panjiwo ada tiga. Jadi, total perahu yang rusak 14 unit," ujar dia.
"Rata-rata kerusakan karena tidak dipakai, ada yang dimakan tikus, ada yang karena pendinginan air itu lemnya lepas. Kemudian, ada juga yang karena tekanan terlalu tinggi dengan cuaca panas seperti ini muai kemudian mbledos atau meletus," kata Agus.
Agus menambahkan di dekat rumahnya ada gudang yang digunakan untuk menyimpan perahu, pelampung, dayung maupun perlengkapan rafting lainnya. Adapun perawatan yang dilakukan sekarang ini sudah memenuhi standar yang ada.
"Teknik perawatan sebenarnya sudah memenuhi standar perawatan perahu karena penyimpanan perahu dengan kondisi ada angin, tekanannya tidak terlalu tinggi, tapi juga tidak terlalu kempes," ujar dia.
Halaman berikutnya >>> Pemandu Alif Profesi
Simak Video "Beristirahat Sejenak di Rest Area Selama Petualangan Rafting di Wonosobo"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol