Menurut Miller, dia dan tim peneliti menemukan 12 fenomena langka itu muncul dan menghilang antara 2012 sampai 2021. Selain itu, fenomena tersebut hanya bisa disaksikan pada malam hari dan mengikuti pergerakan air dan arus laut.
"Fenomena air laut bercahaya adalah kejadian alam yang belum bisa kami jelaskan," ujar Miller.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Miller, milky seas merupakan bagian terkenal dari cerita rakyat yang hidup di maritim. Tetapi karena sifatnya yang terpencil dan sulit dipahami, mereka sangat sulit untuk dipelajari dan lebih menjadi bagian dari cerita rakyat itu daripada sains.
Dilansir dari Space, sampai saat ini, hanya satu kapal penelitian yang pernah menemukan milky seas. Kru mengumpulkan sampel dan menentukan strain bakteri bercahaya yang disebut Vibrio harveyi yang menjajah alga di permukaan air.
Tidak seperti bioluminesensi yang terjadi di dekat pantai, di mana organisme kecil yang disebut dinoflagellata berkedip cemerlang ketika terganggu, bakteri bercahaya bekerja dengan cara yang sama sekali berbeda.
Begitu populasi mereka menjadi cukup besar, sekitar 100 juta sel individu per mililiter air, mereka semua mulai bersinar dengan terangnya.
Namun ahli biologi tahu persis tentang bakteri ini, apa yang menyebabkan tampilan masif ini tetap menjadi misteri. Karena jika bakteri yang tumbuh di alga adalah penyebab utama milky seas, maka seharusnya mereka akan terjadi di semua tempat dan dalam waktu yang lama.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan