Desa China Bayar Penduduk yang Punya Banyak Anak

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Desa China Bayar Penduduk yang Punya Banyak Anak

Putu Intan - detikTravel
Sabtu, 25 Sep 2021 08:43 WIB
Bayi lahir di China jumlahnya menurun, mengapa demikian dan apa dampaknya bagi China dan dunia?
Ilustrasi bayi di China. Foto: BBC Magazine
Jakarta -

Jika dulu China dilanda populasi berlebih, kini negara itu dibayangi krisis demografi. Desa di China pun memberikan hadiah uang bagi penduduk yang memiliki banyak anak.

Mulai Agustus 2021, pemerintah China mengesahkan kebijakan setiap keluarga dapat memiliki 3 orang anak. Batas jumlah ini meningkat dari sebelumnya di mana setiap keluarga memiliki satu anak.

Meskipun begitu, masih banyak pasangan yang ragu untuk menambah momongan. Di sejumlah tempat, terdapat iming-iming insentif uang tunai untuk mendorong lebih banyak kelahiran anak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu yang memberikan insentif adalah Desa Huangzhugen di Kota Lianjiang, Provinsi Guangdong Selatan. Desa itu akan membayar penduduk hingga USD 510 (sekitar Rp 7,3 juta) per bulan untuk bayi yang lahir setelah 1 September 2021.

Dilansir dari BBC, Sabtu (25/9/2021) setiap keluarga akan menerima subsidi setiap bulan sampai bayi berusia 2,5 tahun. Jika ditotal, setiap bayi akan menerima lebih dari USD 15.000 (sekitar Rp 214,5 juta).

ADVERTISEMENT

Jumlah ini jelas menggiurkan mengingat rata-rata pendapatan tahunan penduduk di Lianjiang adalah USD 3.295 (sekitar Rp 47 juta) per orang pada 2019. Subsidi ini rupanya disumbangkan oleh seorang pria tajir di desa tersebut.

Sementara itu, kebijakan memiliki tiga anak adalah langkah terbaru yang diambil pemerintah di tengah populasi negara yang menua dengan cepat dan jumlah angkatan kerja yang menyusut. Pemerintah mengumumkan perubahan kebijakan ini beberapa minggu setelah Sensus Penduduk tahun 2020 diterbitkan.

Daerah lain yang juga memberikan insentif bagi pemilik banyak anak adalah Kabupaten Linze di Provinsi Gansu. Pemerintah menawarkan subsidi real estate USD 6.200 (sekitar Rp 88,6 juta) untuk pasangan yang memiliki dua atau tiga anak.

Pemerintah daerah juga berencana menawarkan subsidi tunai hingga USD 1.500 (sekitar 21,4 juta) per bayi per tahun untuk keluarga dengan dua atau tiga anak.

Contoh lainnya, sebuah kota di Provinsi Sichuan yakni Panzhihua juga memberikan bantuan tunai kepada keluarga dengan dua atau tiga anak. Setiap bayi akan diberikan USD 80 (Rp 1,1 juta) per bulan.

Selanjutnya: kebijakan dikritik para wanita

Kendati insentif itu terlihat menggiurkan, para perempuan di China mengkritik kebijakan banyak anak ini. Menurut mereka, uang itu tidak dapat mengatasi masalah-masalah yang akan muncul ketika mereka memiliki anak.

Mereka menyebutkan sejumlah masalah yang kini masih terjadi di China yaitu ketidaksetaraan gender yang mengakar, kurangnya cuti untuk ayah, tingginya biaya hidup, dan kurangnya kesempatan kerja.

Untuk memiliki lebih banyak anak, perempuan juga seringkali mengorbankan karir dan mendapatkan diskriminasi di tempat kerja. Mereka akan dituntut untuk bertanggung jawab atas pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga.

Dengan semakin banyak perempuan yang mengenyam pendidikan tinggi dan memasuki dunia kerja, semakin sedikit dari mereka yang siap berkorban demi mengurus banyak anak. Hal ini terutama kerap terjadi di perkotaan di mana biaya hidup sangat tinggi dan persaingan kerja yang tinggi.

Tapi masalah serupa juga membayangi masyarakat desa. Dalam sebuah survei lokal terdapat tiga faktor utama yang membuat keluarga enggan memiliki lebih dari satu anak adalah tekanan pada biaya perumahan, pendidikan dan pengasuhan anak.


Hide Ads