Urip memaparkan suhu panas ini disebabkan oleh dua hal yaitu imbas matahari tepat di atas sejumlah wilayah Indonesia dan tutupan awan yang lebih sedikit karena pengaruh siklon tropis Kompasu.
Saat ini, matahari tepat berada di atas Pulau Jawa, Bali, NTB dan NTT. Hal ini terjadi karena gerak semu tahunan matahari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagaimana diketahui, pada periode bulan September hingga April, posisi semu matahari tengah dalam perjalanan menuju posisi 23 derajat lintang selatan. Konsekuensi dari posisi ini adalah belahan bumi utara akan mengalami musim dingin sedangkan bagian bumi selatan mengalami musim panas.
Untuk di Indonesia sendiri, posisi ini akan menyebabkan musim hujan.
"Setelah meninggalkan ekuator. Posisi semu Matahari di atas Pulau Jawa akan terjadi 2 kali yaitu di bulan September/Oktober dan Februari/Maret, sehingga puncak suhu maksimum terasa di wilayah Jawa hingga NTT terjadi di seputar bulan-bulan tersebut," ujar Urip.
Kemudian terkait siklon Kompasu, siklon ini menarik massa udara dan pertumbuhan awan-awan hujan dan menjauhi wilayah Indonesia. Ini menyebabkan wilayah Jawa cenderung lebih cerah dan berawan beberapa hari terakhir.
"Cuaca cerah menyebabkan penyinaran langsung sinar matahari ke permukaan lebih optimal sehingga terjadi pemanasan suhu permukaan. Kondisi tersebut berkaitan dengan adanya Siklon Tropis KOMPASU di Laut Cina Selatan bagian Utara," katanya.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!