Bulan Oktober lalu, konsumen operator tur MyPermataWisata ada yang mengeluhkan soal kejelasan perjalanan mereka. Mulai dari proses reschedule, atau refund yang dikeluhkan.
Lewat surat elektronik kepada detikcom, MyPermataWisata mengklaim mereka selalu memberikan informasi mengenai reschedule, regulasi masing-masing destinasi wisata, tanggal penutupan dan pembukaan destinasi wisata, pembatasan kuota, dan lainnya. Seperti halnya operator tur yang lain mereka juga kesulitan karena pandemi.
"Hingga saat ini, trip MyPermataWisata masih berjalan normal sesuai dengan kebijakan dan anjuran pemerintah selama masa pandemi COVID-19. Pandemi bukan salah kami, dan kami bukan orang jahat," tulis MyPermataWisata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka menjawab beberapa hal mulai dari soal tidak bisa dihubungi oleh konsumen, membatasi kolom komentar di Instagram, sampai menghapus review di Google.
"Kendala yang dialami oleh Customer merupakan tugas admin CS untuk membantu menyelesaikannya. Jika mengalami kendala pemesanan pada platform lain apakah kita meminta pertanggungjawaban dengan melakukan teror kepada owner/head/direksi dan atau anggota keluarga yang notabene tidak ada sangkut pautnya dalam perusahaan sebelum meminta bantuan kepada admin CS yang bertugas?," tulisnya.
Begitu juga soal pembatasan komentar di Akun Instagram. Mereka menggagap hal itu sepenuhnya menjadi hak mereka sama halnya dengan platform atau akun lain yang membatasi kolom komentar memiliki alasan masing-masing demi kebaikan dan mempertahankan nama baik perusahaannya.
"Di lain hal kami tetap menyediakan layanan bantuan oleh admin CS Open Trip yang saat ini dapat dihubungi melalui DM Instagram, Whatsapp Chat dan atau E-mail (nomor telp dan alamat tertera di Bio Instagram)," tulis MyPermataWisata.
"Kami hanya melaporkan review yang mengandung kata ancaman, kasar, mengandung SARA, ketidaksesuaian dan sejenisnya dikarenakan Review Google tidak dapat dihapus oleh pemilik Akun atau hanya dapat dihapus/edit oleh penulis komentar tersebut. Keputusan penghapusan Review itu pun menjadi tanggung jawab Google sepenuhnya apabila tidak sesuai dengan kebijakan yang terkait," tulisnya lagi.
Soal kantor yang tutup, MyPermataWisata mengatakan hampir seluruh perusahaan dalam masa pandemi mengurangi jumlah karyawan dan menerapkan WFH (Work From Home) sesuai anjuran pemerintah dalam masa pandemi, khususnya bidang pariwisata yang bukan merupakan sektor prioritas dan mendapatkan dampak yang sangat besar.
"Hal ini membuat direksi MyPermataWisata harus mengambil keputusan untuk memutus biaya operasional untuk menjalankan kantor hingga saat ini sampai waktu yang belum ditentukan. Untuk saat ini kami hanya menyewa gudang kontrak untuk menyimpan barang dan perlengkapan kantor dan bukan untuk kegiatan operasional," tulisnya.
Mengenai open trip yang belum juga diberangkatkan meski pandemi sudah berangsur pulih, MyPermataWisata beralasan hal itu terjadi karena aturan berwisata di masa pandemi, salah satunya soal pengaturan kapasitas wisatawan. Karena itu mereka saat ini hanya bisa memberangkatkan trip yang sudah upgrade ke paket Safecation.
"Untuk saat ini hingga waktu yang belum ditentukan kami hanya dapat menjalankan trip yang sudah melakukan Upgrade Safecation. Kenapa? Open Trip saat ini tidak dapat dijalankan dengan sistem sebelum adanya pandemi, khususnya kuota transportasi (termasuk jeep/kapal/jukung/engkel/phinisi dll), kapasitas kamar, kuota tempat wisata, tutup buka wisata (termasuk spot ikon) dan masih banyak lainnya," tulis MyPermataWisata.
Mengenai pertanyaan soal adanya konsumen yang mengeluhkan refund tidak dibayarkan dan sudah melewati batas waktu, MyPermataWisata menyadari adanya kelalaian dari tim yang hanya memberikan estimasi batas waktu refund tapi tidak memberikan Refund Ticket. "Sehingga pengajuan tersebut tidak tercatat dalam sistem, maka dari itu kami memberikan kompensasi dalam bentuk Deposit/Voucher sebagai bentuk tanggung jawab keterlambatan dan kesalahpahaman tersebut," tulis MyPermataWisata.
(ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan