TRAVEL NEWS
Rumah Kopi Maoke, Tempat Kongkow di Timika yang Suguhkan Beragam Kopi Papua

Sudah 15 bulan Rumah Kopi Maoke milik Rini S. Danudjaja menjamu pelanggan. Kedai kopi itu memanjakan pengunjung dengan beragam kopi Papua, ya hanya kopi Papua.
Rini, 46 tahun, hijrah ke Timika pada 2013. Dia menjalankan proyek USAID milik Amerika Serikat (AS). Rini, yang sehari-hari mengajar di Universitas Indonesia dan Budi Luhur, ingin mencari jawaban akan penasarannya terhadap Papua.
"Setelah melamar di USAID, eh ditempatkan di Timika. Saat berada di Timika itu, karena saya berkomunikasi dengan para pendeta di Timika, saya mendengar langsung soal kopi-kopi Papua," Rini mengisahkan perkenalannya dengan Papua dan kopi Papua.
Rupanya, selama di Papua, Rini menyadari kopi Papua bukan hanya kopi Amungme dan kopi Wamena, tetapi banyak ragam. Lokasi kebunnya memang jauh, ada di lereng-lereng gunung di pelosok Papua.
"Awal-awal tahun segitu orang-orang hanya tahu kopi Papua ya kopi Wamena dan kopi Amungme. Sejak itu, hatiku tergerak secara pribadi, untuk mengenalkan kopi Papua yang banyak ragamnya itu kepada orang luar," kata Rini.
![]() |
Rini pun intens berkomunikasi dengan para pendeta, pastor, dan petani langsung di pelosok pegunungan untuk mendapatkan kopi. Sebab, akses untuk mendapatkan kopi secara langsung dari kebun bukan persoalan mudah. Akses menuju kebun kopi cuma bisa dengan pesawat. Mulai 2017, Rini mulai mendistribusikan kopi-kopi Papua.
Rini menunggu para pendeta, pastur, dan petani datang ke Timika dan membawa kopi. Kemudian, dia menjual biji kopi yang sudah diroasting dalam kemasan 200 kg atau lebih. Untuk roasting, Rini menitipkan kepada pihak lain.
"Saat itu, jualan kopi cuma sampingan. Lagipula, pasokan kopi belum stabil, belum ada jaminan kopi tersedia," kata Rini.
Barulah setelah proyeknya bersama USAIS usai, Rini makin serius mengembangkan usaha kopinya. Seiring dengan itu, Rini menambah pengetahuan soal kopi. Dia belajar roasting dan memesan mesin roastng dari Johny Rahardi atau uncle John, pencicip kopi sekaliber Q Grader yang juga memproduksi ratusan mesin roaster yang telah diterbangkan bukan hanya di berbagai daerah di Indonesia, tapi juga ke banyak negara hingga Amerika Serikat.
![]() |
"Pas tahun 2020 project selesai, pas sekali dengan masa awal lockdown, mulai yakin pasokan kopi sudah mulai stabil, dari link-link pastor dan pendeta di pedalaman, karena saya belum bisa ke sana, alasan keamanan, merekalah yang membawakan greenbean. Atau saya beli dari pengumpul," dia menjelaskan.
Rupanya, pelanggan Rini tidak puas cuma bisa menyeduh kopi di rumah. Mereka mendesak agar Rini bikin kedai kopi. Bukan sekadar untuk kongkow, tetapi menjadi tempat belajar meracik kopi.
Rini sepakat. Dia membangun kedai kopi dan menamainya dengan Rumah Kopi pada Agustus 2000. Di sanalah dia menjalankan seluruh proses kopi hingga siap diseduh. Pelanggannya juga bisa menyaksikan semua proses itu.
"Saya beri nama The Maoke Coffee House atau Rumah Kopi Maoke agar orang-orang kalau ke sini merasakan seperti ngopi di rumah. Suasananya dibuat cozy, rumahan, dan siapapun bisa belajar kopi. Penjemuran kopi di belakang sana, tempat roasting, kafe barnya juga bisa langsung dilihat. Dan, ternyata responsnya bagus," ujar Rini.
![]() |
Setelah membuka Rumah Kopi, Rini mempertahankan kekhasan usaha kopinya; cuma menyediakan kopi Papua. Rumah Kopi memiliki koleksi kopi Arabica Papua, di antaranya Pegunungan Bintang (Abmisibil, Sabin, Kiwirok, Peneli), Paniai (Obano, Yagiyo, Muyetadi), Dogiyai (Moenamani, Modio), Puncak (Sinak), dan Lanny Jaya (Tiom), dan Tembagapura (Aronaop, Tsinga).
Merujuk jumlah pemesanan kopi saat ini, Rini optimistis kopi Papua makin dikenal di luar tanah Papua. Dia yakin, bukan hanya kopi Wamena dan Amungme yang nantinya dicari.