Ketika Negara Terpadat di Dunia Mulai Krisis Demografi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ketika Negara Terpadat di Dunia Mulai Krisis Demografi

Putu Intan - detikTravel
Rabu, 24 Nov 2021 23:10 WIB
A woman plays with a child in a compound near a commercial office building in Beijing on May 10, 2021. Chinas ruling Communist Party will ease birth limits to allow all couples to have three children instead of two to cope with the rapid rise in the average age of its population, a state news agency said Monday. (AP Photo/Andy Wong)
Foto: AP/Andy Wong
Beijing -

China dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduk tertinggi di dunia. Namun belakangan tingkat kelahiran di Negara Tirai Bambu anjlok.

China mengalami rekor tingkat kelahiran terendah tahun lalu. Hal ini memperparah krisis demografi yang membayangi China disebabkan oleh angkatan kerja yang menua dengan cepat, ekonomi melambat, dan pertumbuhan populasi melemah dalam beberapa dekade terakhir.

Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (24/11/2021) China saat ini sudah melonggarkan kebijakan satu anak sejak 2016. Sebelumnya, kebijakan ini adalah aturan keluarga berencana terketat di dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan dilonggarkannya aturan tersebut, setiap keluarga diizinkan untuk memiliki dua anak. Kemudian pada awal tahun 2021, aturan itu diubah lagi menjadi memiliki maksimal 3 anak.

Kendati demikian, perubahan tersebut ternyata gagal membuat tingkat kelahiran bayi tinggi. Para perempuan memilih untuk melakukan program keluarga berencana versi mereka sendiri karena biaya hidup yang tinggi.

ADVERTISEMENT

Menurut Buku Tahunan Statistik 2021, China mencatat terjadi 8,52 kelahiran per 1.000 orang. Angka ini merupakan yang terendah sejak 1978.

Ini merupakan penurunan yang nyata. Jika dibandingkan dari catatan tahun sebelumnya, angka kelahiran di China mencapai 10,41. Namun angka itu saja sudah merupakan yang terendah sejak tahun 1949.

Selain itu, buku tahunan itu juga menunjukkan jumlah pernikahan yang terdaftar pada tahun 2020 juga mencapai level terendah selama 17 tahun terakhir. Jumlahnya hanya 8,14 juta pasangan.

Terkait jumlah pernikahan yang rendah, salah satu faktornya adalah pandemi COVID-19. Selama pandemi, banyak kantor pemerintah China yang tutup. Selain itu, ada banyak pembatasan penyelenggaraan acara termasuk pesta pernikahan.

Selanjutnya: jumlah perceraian turun

Selain jumlah pernikahan yang turun, jumlah perceraian di China juga turun. Hal ini dinilai positif karena jumlah tersebut turun untuk pertama kalinya selama 30 tahun setelah China memberlakukan masa pendinginan selama 30 hari untuk pasangan bercerai mulai awal 2020.

Data buku tahunan juga menyoroti banyak tren sosial yang bersinggungan dengan pemerintah. Sebagaimana diketahui, pemerintah China mendorong agenda sosial konservatif bagi perempuan untuk menjadi istri dan ibu.

Sementara banyak perempuan yang merasa bahwa pernikahan bukanlah segalanya. Salah satu warganet di situs Weibo berkomentar, "mengurus seekor kucing saja susah, apalagi menikah dan memiliki anak."

Sementara itu, banyak juga yang meragukan keakuratan data buku tahunan itu. Media Bloomberg misalnya, mengatakan bahwa China kurang menghitung jumlah kelahiran antara tahun 2000 dan 2020 yang jumlahnya mencapai 11,6 juta. Ini berdasarkan perbedaan antara buku tahunan statistik, survei yang dilakukan tiap tahun, dan sensus sekali dalam satu dekade.


Hide Ads