Selain jumlah pernikahan yang turun, jumlah perceraian di China juga turun. Hal ini dinilai positif karena jumlah tersebut turun untuk pertama kalinya selama 30 tahun setelah China memberlakukan masa pendinginan selama 30 hari untuk pasangan bercerai mulai awal 2020.
Data buku tahunan juga menyoroti banyak tren sosial yang bersinggungan dengan pemerintah. Sebagaimana diketahui, pemerintah China mendorong agenda sosial konservatif bagi perempuan untuk menjadi istri dan ibu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara banyak perempuan yang merasa bahwa pernikahan bukanlah segalanya. Salah satu warganet di situs Weibo berkomentar, "mengurus seekor kucing saja susah, apalagi menikah dan memiliki anak."
Sementara itu, banyak juga yang meragukan keakuratan data buku tahunan itu. Media Bloomberg misalnya, mengatakan bahwa China kurang menghitung jumlah kelahiran antara tahun 2000 dan 2020 yang jumlahnya mencapai 11,6 juta. Ini berdasarkan perbedaan antara buku tahunan statistik, survei yang dilakukan tiap tahun, dan sensus sekali dalam satu dekade.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol