Francesco mengatakan ada dua kemungkinan yang menyebabkan angka perpisahan albatros meningkat. Pertama, terkait dengan perjuangan hubungan jarak jauh.
Air yang semakin hangat membuat waktu berburu mereka menjadi lebih lama dan mereka pun harus terbang lebih jauh. Jika burung gagal kembali pada waktunya untuk musim kawin, pasangannya bakal mencari pasangan baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, terkait tingkat stres. Hormon stres albatros naik di lingkungan yang lebih keras, seperti saat air menjadi lebih hangat.
Dengan kondisi perkembangbiakan yang lebih sulit, dan kelangkaan makanan, hal itu dapat menyebabkan lebih banyak albatros mengalami stres dan mereka bisa disalahkan karena "kinerjanya memburuk"- yang pada akhirnya dapat memicu perceraian, kata Francesco.
Penelitian ini dilakukan karena banyak populasi albatros di dunia mengalami masalah. Data dari 2017 menunjukkan jumlah pasangan spesies yang berkembang biak hanya setengah dari jumlah mereka di tahun 1980-an.
Francesco mengatakan di Kepulauan Falkland, ini bukan masalah bagi populasi albatros. Namun, di daerah lain yang populasi albatrosnya sedikit, fakta ini mengkhawatirkan.
"Suhu naik dan akan terus naik, jadi ini mungkin akan menimbulkan lebih banyak gangguan," katanya.
Simak Video "Video: Salju Abadi di Puncak Jayawijaya Diprediksi Punah pada 2026"
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan