Setelah diikat dengan kuat, sang penari akan digulung dengan tikar lalu dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang tertutup. Dalam sekelebatan mata, sang penari sudah berpindah tempat masuk ke dalam kurungan ayam.
Saya yang melihat dibuat terkaget-kaget dengan pemandangan itu. Tapi ternyata itu hanyalah kekagetan pertama. Masih ada kekagetan berikutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah kurungan ayam dibuka, ada yang lebih mengagetkan lagi. Tiba-tiba saja sang penari Sintren sudah terlepas dari ikatannya, sudah berganti kostum dan menjelma sebagai seorang putri cantik yang lemah gemulai, siap untuk menari.
Tentu sebagai orang yang baru pertama kali nonton langsung tari Sintren, saya dibuat kaget dan heran. Bagaimana bisa seseorang perempuan yang sudah diikat kuat, tiba-tiba sudah terlepas, berganti kostum dan siap untuk menari.
Menurut Kang Iyan, justru di situ lah letak mistisnya tari Sintren. Ada kekuatan 'lain' yang bekerja dalam proses itu.
"Karena proses turunnya bidadari tadi merasuk ke dalam badannya penari dengan sendirinya proses itu berjalan. Unsur gaibnya di situ," imbuhnya.
Dengan gemulai, sang penari Sintren akan menari mengikuti irama musik dan juga bimbingan sang dalang. Yang bikin terkaget-laget lagi, begitu ada penonton yang nyawer dengan melempar uang ke arah penari, tiba-tiba saja penari Sintren berhenti bergerak dan roboh.
"Itu ada filosofinya. Uang itu adalah dunia. Apabila orang tidak bisa mengemban amanah dunia itu dengan sendirinya akan jatuh. Tapi kalau kita kuat imannya, Insya Allah tidak," kata pria berambut gondrong itu.
Setelah 30 menit pertunjukan tari Sintren digelar. Tiba saatnya sang dalang menyadarkan kembali sang penari yang sudah dirasuki arwah bidadari. Selama menari Sintren, sang penari memang dalam kondisi tidak sadarkan diri.
Menikmati pertunjukan tari Sintren di Keraton Kacirebonan sore itu membuat saya merinding. Bukan karena takut, tetapi lebih kepada kagum. Ternyata masih ada kebudayaan seperti ini di Tanah Jawa.
Sudah selayaknya kesenian tradisional khas seperti ini dilestarikan dan terus dipentaskan agar anak cucu kita nanti tahu bahwa ada kebudayaan lokal yang unik seperti ini tetap bertahan di masa depan.
(wsw/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!