Desa Tetebatu salah satu yang terpukul karena pandemi. Karena kebanyakan wisatawan yang datang dari luar negeri.
detikTravel bersama Toyota Corolla Cross Hybrid Road Trip Explore Mandalika beberapa waktu lalu menyambangi Desa Tetebatu. Desa ini mendapat predikat sebagai salah satu Desa Wisata Terindah Dunia dari UNWTO.
Adat dan budaya yang begitu kental membuat Tetebatu begitu eksotis di mata wisatawan. Alam yang asri membentang bagai permadani hijau sejauh mata memandang.
Pandemi menghantam tanpa pandang bulu, termasuk Desa Tetebatu. Desa ini kehilangan turis yang menjadi pasar utama pariwisata.
"Semenjak Covid-19, Tetebatu kosong. Karena 95 persen adalah turis mancanegara," ucap Fadli, Wakil Ketua Badan Pengelola Desa Wisata (BPDW).
Fadli menjelaskan bahwa sejak dulu Desa Tetebatu telah tenar di antara para turis. Kebanyakan mereka datang dari Belanda, Prancis, Jerman dan Tionghoa.
Tak sekedar jalan-jalan, 50 persen dari turis yang datang pasti menginap di sana. Perbatasan internasional ditutup, Tetebatu menangis tak ada turis.
"Tamu yang datang ke sini nginapnya 2-3 minggu," jelasnya.
Selama di sana, turis akan diajak untuk ikut melakukan aktivitas bersama warga. Jauh sebelum ada konsep desa wisata, Tetebatu sudah lebih dulu mengadopsi ini.
"Di sini turis diajak untuk ke sawah, memetik cabai dan ikut kegiatan warga," ungkapnya.
Bicara liburan pasti tak jauh dari suvenir. Fadli bercerita bahwa kerajinan besek yang ada di Tetebatu menjadi favorit para bule. Biasanya mereka bisa memborong 5-6 set untuk dibawa sebagai buah tangan.
Desa Tetebatu sendiri menjadi salah satu desa penyangga Taman Nasional Rinjani. Karena desa ini berada di pinggir kawasan Gunung Rinjani.
Simak Video "Video: Turis Brasil Jatuh ke Jurang 200 Meter saat Mendaki Rinjani"
(bnl/bnl)